23. Menjelang Wisuda

9 8 4
                                    

Waktu berjalan dengan cepat, tak terasa, Ino sudah berada dipenghujung masa kuliahnya, setelah melewati masa-masa menguji kesabaran saat membuat skripsi, akhirnya Ino bisa menyelesaikannya, sebentar lagi ia akan wisuda.

Ia pikir, setelah skripsinya selesai, masalahnya juga selesai, ia hanya perlu duduk manis menjelang wisuda, namun nyatanya tidak demikian, ia harus cepat-cepat menemukan Ira sebelum wisuda, agar janjinya dapat terpenuhi.

Pemuda 23 tiga tahun itu sudah melakukan berbagai cara untuk mencari Ira, namun takdir berkata lain, mencari Ira tak semudah yang ia kira, kini, ia hanya bertawakal saja, jika memang tak kunjung bertemu, sebisa mungkin ia ikhlaskan.

~~~

Pagi sekali Ino sudah siap dengan pakaian formalnya, ia akan menjemput Ale di bandara, katanya lebih murah jika ambil penerbangan subuh, padahal ia sudah jadi pengusaha roti yang sukses di sana.

Ale ke Bandung bukan tanpa alasan, ia akan menghadiri wisuda Ino nanti, meskipun masih lama, ia juga sekalian jalan-jalan dan mengenal kota Bandung, siapa tau ia bisa buka cabang di sini.

Sesampainya di Bandara, Ino langsung menuju ke kedatangan domestik, ternyata sudah banyak penumpang yang keluar, namun ia belum melihat Ale.

Tak lama menunggu, Ino melihat Ale yang agak kesusahan membawa koper-kopernya, ia sudah hafal betul bagaimana Ale saat berpergian, untung saja ia kesini menggunakan mobil, jika tidak, repot urusannya.

"Assalamu'alaikum No"

Ale menjabat tangan Ino dan berpelukan ala laki-laki.

"Wa'alaikummussalam"

Mereka tak langsung pulang, mereka memilih makan terlebih dahulu, Ale bilang ia sangat lapar.

"Ga nyangka gue, lo udah sesukses ini"

Ale yang dipuji pun tersenyum bangga.

"Alhamdulillah, gue juga ga nyangka, niatnya si mau bantu Ibu aja, eh dikasih lebih sama Allah"

"Allah emang Maha Baik ya, niat lo juga baik, makanya dikasih yang terbaik juga"

"Alhamdulillah, eh, btw, Ira gmna ?"

Ino menghela nafas pasrah, sepertinya sudah tidak ada harapan.

"Gue udah berusaha, tapi mungkin bukan jodohnya"

"Gue mencium aroma-aroma mencurigakan nih, jangan-jangan Ira ga bener-bener di Bandung"

"Ga tau juga si, masa Ira bohong sama kita ? Sama Wawa ?"

"Ya iya juga si, yaudah lah, kalo emang jodoh pasti ketemu, kalo ga ketemu, pasti bukan jodoh"

Ino tertawa mendengar perkataan Ale, sohibnya ini tidak berubah sedikitpun.

Setelah selesai makan, mereka segera pulang, Ale pasti lelah dan butuh istirahat.

~~~

Hari ini Ino dan Ale sedang di panti, padahal hari ini bukan jadwal Ino, tapi karena Ale memaksa apa boleh buat, Ale penasaran ingin bertemu Aisyah, perempuan yang selalu Ino ceritakan via chat ataupun telfon.

Setelah perkenalan Ale dan akang, mereka menemui anak-anak yang sedang bermain, melihat kedatangan Ale yang baru mereka lihat, anak-anak berkerumun dan ingin berkenalan.

"Assalamu'alaikum adek-adek"

Ale menyapa mereka ramah sembari melambai-lambaikan tangannya.

"Wa'alaikummussalam Om"

Ale terbelalak, bisa-bisanya ia dipanggil Om, padahal Ino sendiri dipanggil kakak.

"Jangan panggil Om dong, panggil kakak aja, nama kakak kak Ale"

Namaku Ira [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang