9. Kejutan

31 12 1
                                        

بسم الله الرحمن الرحيم

~~~


Saat ini Ira sedang bersiap untuk menjemput Bundanya dibandara, ia akan pergi bersama Wawa.

Ira sudah sangat siap dengan pakaian terbaiknya, jilbab hitam kesayangan yang disampirkan ke bahu, serta sepatu kets pemberian Bang Alan tahun lalu.

Ira tak henti-hentinya tersenyum di hadapan cermin, Ira sangat-sangat senang hari ini.

"Ra, dipanggil Mama tuh, katanya mau-" Wawa melihat Ira dari atas ke bawah, ia tak salah lihat kan?

"Mau kemana Ra ?" Tanyanya setelah memastikan tak salah lihat.

"Kebandara lah Wa, kan mau jemput Bunda." Jawab Ira tanpa mengalihkan pandangannya dari cermin.

Wawa menarik nafasnya dalam-dalam, sungguh ia harus benar-benar sabar mengahadapi makhluk satu ini.

"Rara." Panggilnya lembut.

"Hmm?"

"Bunda kan nyampenya malem, jadi, kita jemputnya malem, INI MASIH SORE RAAAA !"

"Hehe, Ira semangat banget soalnya." jawab Ira dengan wajah tanpa dosanya.

Wawa menarik nafas sekali lagi.)

"Dipanggil Mama tuh, kebawah ya, Mama nunggu." Ucap Wawa selembut mungkin.

"Mama manggil Ira?" Tanya Ira yang sudah duduk di samping Mama Wawa.

"Iya, Mama mau, eh, kok udah rapih aja?" Mama sama kagetnya dengan Wawa tadi.

"Udah Ma, lanjut aja lanjut." Kata Wawa yang masih agak kesal.

Mama yang mengerti maksud putrinya itupun hanya geleng-geleng kepala.

"Iyaa, jadi Mama mau bilang, kalo Mama ga bisa ikut jemput Bunda Ira, gapapa kan?" Tanya Mama.

"Iya Ma, gapapa kok, kan Ira bisa pergi sama Wawa aja."

"Oh iya, barang-barang Ira biar nanti Mama yang siapin ya, sekalian Mama antar kerumah juga."

"Ga usah Ma, nanti ngerepotin, biar Ira aja yang siapain." Ira menolak tawaran Mama, Ira tidak mau lagi-lagi merepotkan Mama Wawa.

"Yaudah, Mama siapin aja deh, nanti Ira yang jemput, tinggal angkut aja, gimana?"

"Hmm, iya deh Ma, makasih ya Ma, udah mau direpotin sama Ira."

"Iya sayang, ga ngerepotin kok, salam juga ya buat Bunda Ira."

"Siap Maa."

Ira dan Wawa sudah sampai dibandara 15 menit yang lalu, sedangkan Bunda baru akan sampai 20 menit lagi, Ira benar-benar bersemangat hari ini.

"Kecepetan kan jemputnya" kesal Wawa.

"Ya gapapa Wa, daripada telat."

Wawa hanya bisa bersabar.

Sudah 30 menit mereka duduk di kursi tunggu, Wawa sudah sangat bosan.

"Ra, Wawa ke toilet dulu ya." Pamit Wawa dan langsung pergi.

"Kayaknya Ira harus nunggu di sana langsung deh." Monolog Ira.

Lama Ira menunggu, tapi tak melihat Bundanya diantara orang-orang banyak.

"Duh, laper lagi, makan dulu kali ya ?"

Ira memutuskan untuk membeli roti dan kembali menunggu, namun, Ira merasa ada yang membuntutinya, Ira berjalan tak tentu arah untuk menghindari orang aneh itu.

"Duuh, Wawa mana si ?" Ira hampir menangis, orang itu masih terus membuntuti Ira.

Ira sudah lelah jalan tak tentu arah, ia berhenti dan memerhatikan sekitar, orang aneh itu sudah tak membuntutinya lagi.

"Alhamdulillah."

Saat Ira hendak berbalik, tiba-tiba ada yang mencekal tangannya. Ira kaget, orang aneh itu masih ada di sini rupanya. Ira hendak lari dari orang itu, tapi tenaganya sudah habis. Tiba-tiba orang aneh itu menarik Ira kedalam pelukannya.

"Jangan lari Ra, kangen." Orang itu berbisik pelan.

Ira membulatkan matanya tak percaya, dengan satu dorongan, pelukannya terlepas.

"Abang?" Tanya Ira hati-hati.

Orang yang dipanggil Abang itu membuka masker dan topi hitamnya.

Lagi-lagi Ira membulatkan matanya, sungguh, ia tak percaya, apa ia sedang bermimpi ?

"Iya, ini Abang."

Ira langsung memeluk Abangnya dan menangis terharu, sudah lama ia tak bertemu Abangnya, selama ini Abangnya sibuk mengurus kuliahnya.

"Maaf ya, tadinya Abang mau langsung meluk Ira, eh Iranya malah kabur."

Ira tak menjawab, ia masih setia memeluk Abangnya.

"Abang aja nih yang dipeluk?"

"Bundaaa !"

Ira langsung memeluk Bundanya, Abangnya dan Wawa hanya geleng-geleng kepala melihatnya.

Mereka semua sedang ada di rumah makan, mengisi perut sekaligus berbincang sebelum istirahat di rumah nanti.

"Kok Bunda bisa bareng Wawa tadi?" Tanya Ira yang sudah penasaran.

"Tadi Bunda ke toilet, terus ketemu Wawa deh, jadinya bareng aja."

"Kok Wawa lama banget ditoiletnya ?"

"Mules banget Ra, jadi lama, hehe." Jawab Wawa.

"Terus, Abang kenapa ga bilang kalo mau ikut pulang?"

"Kan Kejutan Ra." Jawab Abangnya sembari menaik turunkan alisnya.

"Pantesan, Ira bener-bener terkejut tadi." Kata Ira dengan menekankan kata terkejut.

"Ya maaf dong."

"Udah-udah, pulang yuk, Abang pasti capek." Kata sang Bunda.

Walau Ira kesal karena Abangnya, tapi Ira sangat senang, Bundanya sudah pulang, dan Abangnya juga, akhirnya mereka bisa berkumpul lagi, meskipun tak utuh.

~~~

See u di next part 🧡🤗

Namaku Ira [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang