Hari ini, di rumah kedua orangtua Ino di sudut kota Bandung, Ino dan keluarga sedang mengadakan syukuran sederhana atas kelulusan Ino minggu lalu.
Acara hanya dihadiri keluarga besar, akang dan anak-anak panti, serta jangan lupakan Ale yang sudah sejak lama berada di Bandung.
Acara syukuran berjalan dengan lancar, semua orang yang menghadiri acara sudah kembali pulang, hanya menyisakan keluarga Ino dan Ale saja.
Ino yang sudah cukup lelah pun beranjak dari duduknya, menyisakan kedua orangtuanya dan Ale yang masih sibuk mengobrol, tujuan utamanya adalah kamar, ia ingin beristirahat sejenak.
Ino sudah merebahkan dirinya di kasur empuknya, pandangannya lurus ke atas, ia tak bisa menutup matanya, disekitarnya memang sepi dan tenang, namun tidak dengan isi kepalanya, berisik sekali.
Baru saja mendapat gelar sarjana tak membuatnya santai, justru banyak sekali rencana-rencana yang akan ia jalankan, setelah rencana menemukan Ira gagal, Ino harus merevisi rencana-rencananya itu, dan itu cukup untuk membuat kepalanya terasa pusing.
"Noo"
Suara panggilan disertai ketukan pintu mengganggu lamunan Ino, dengan sedikit kesal dan malas ia beranjak membuka pintu.
"Apaan ?" Tanyanya datar.
"Dipanggil" jawab Ale dan langsung pergi begitu saja.
Ino melangkahkan kakinya kembali ke ruang tengah, ia duduk di samping Ale, berhadapan dengan kedua orangtuanya.
"Kenapa Bu, Yah ?"
"Ayah dan Ibu, mau menyampaikan sesuatu yang penting, yang harus kamu tahu"
Ino diam saja mendengar ucapan sang Ayah, ia menunggu kelanjutannya.
"Dan juga soal Ira, kamu masih belum bisa menemukannya kan ?"
Kali ini Ino mengangguk lemah mendengar pertanyaan sang Ibu.
"Sudah, itu artinya, Ira bukan jodoh kamu, masih banyak wanita di dunia ini, lagipula, masih banyak hal yang bisa kamu lakukan selain mencari Ira"
Ino tak membantah, memang salahnya yang tak kunjung menemukan Ira selama beberapa tahun ini.
"Lupakan dulu Ira, ada hal penting yang perlu kamu tahu"
Ino menegakkan duduknya, ia tahu bagaimana harus bersikap saat keadaan serius seperti ini.
"Sebenarnya sudah lama Kakekmu meminta ini, tapi waktunya selalu tidak tepat, dan sekarang, kami rasa, ini waktu yang tepat"
"Kakek ?" Ino bertanya lirih, kenapa tiba-tiba membahas kakeknya ?
"Kakek minta kamu untuk menggantikannya mengelola pesantren"
"APA?"
"Apaan si Le, bikin kaget aja" Ino menatap tajam Ale yang baru saja berteriak.
"Maaf-maaf, gue kaget No, maaf Om, Tante" Ale menangkupkan kedua tangannya mengisyaratkan maaf.
Kedua orangtua Ino hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Ale.
"Kenapa Vino Bu ? Kenapa ga ayah ? Atau Om ?"
Tanya Ino penasaran."Ga bisa Vino, harus keturunan kandung, sudah begitu peraturannya sejak dulu"
Ino hanya mengangguk, berusaha memahami, ia berfikir sejenak.
"Yaudah Bu, Yah, in syaa Allah Vino siap gantiin kakek buat ngelola pesantren"
"Kenapa ?" Tanya Ino bingung melihat respon kedua orangtuanya.
"Masalahnya, syarat kamu bisa ngelola pesantren itu, kamu harus sudah menikah"
KAMU SEDANG MEMBACA
Namaku Ira [ END ]
Teen FictionHai! Ini cerita pertama yang aku publikasikan di Wattpad. Ini juga cerita pertama yang berhasil aku selesaikan. Aku tahu, banyak sekali kesalahan, kekurangan, dan hal-hal yang tidak pada tempatnya disini. Aku tidak ingin mengubah apapun pada cerita...