25. Orang yang Sama ?

8 8 3
                                    

Pagi-pagi sekali Ale sudah sibuk dengan koper-kopernya, meskipun jadwal keberangkatannya setelah ashar, ia tetap saja repot dengan barang-barang bawaannya itu.

"Masih pagi Le, santai dong."

"Lo kaya ga tau gue aja" kata Ale tanpa mengalihkan pandangannya.

"Ini udah cukup belom ya oleh-olehnya ?" Tanyanya mengalihkan pandangannya pada Ino.

Ino menghela nafas melihat beberapa koper Ale yang dipenuhi dengan oleh-oleh.

"Menurut Lo, dua koper oleh-oleh ini, ga cukup ?"

"Iya juga ya."

"Eh, nanti siang, jajan cuanki yok, sebelum gue balik."

"Boleh."

"Yaudah, gue mau lanjutin cek barang-barang gue."

"Cek aja sampe bosen Le, cape lama-lama liatin lo" Ino melenggang pergi, membiarkan Ale sibuk sendiri.

"Sirik aja lo."

~~~

"Bang, seperti biasa."

Ale baru saja memesan bakso cuanki langganan ia dan Ino, mereka duduk bersebelahan di pinggiran jalan, di depan komplek perumahan Ino memang tempat mangkal beberapa penjual, seperti bakso cuanki ini.

"Lo ga penasaran sama lanjutan omongan gue kemaren ?" Tanya Ale sesaat setelah mereka duduk.

"Apa ? Lo ketemuan sama Aisyah ?"

"Jadi, sebenernya tuh gini-"

"Ini cuankinya ya akang-akang."

"Iya bang, makasih" Ino mengambil dua mangkok cuanki untuknya dan untuk Ale.

"Mau lanjut apa makan dulu ?"

"Lanjut aja deh, masih panas soalnya."

"Jadi, kemaren itu, gue kan ke toilet, terus pas mau balik, ga sengaja liat Aisyah lagi telfonan-"

"Lo nguping ?"

"Jangan dipotong dulu!"

"Iya-iya" Ino kembali diam, menyimak.

"Nah, awalnya gue ga mau nguping, kan ga boleh, tapi pembicaraannya rada-rada aneh gue denger, Aisyah kaya lagi cerita gitu, terus nyebut-nyebut nama lo, kadang-kadang Ino, kadang-kadang Vino"

Setelahnya Ale hanya diam, membuat Ino bingung.

"Kenapa berenti ?"

"Makan dulu kali ya, laper gue."

Ino berdecak sebal, mau tak mau ia menuruti, keduanya menikmati cuanki dalam diam.

"Alhamdulillah, kenyang."

Ino berdiri menghampiri penjual cuanki untuk mengembalikan mangkuk dan membayar makanan mereka.

"Cepetan duduk sini, gue lagi semangat banget nyeritain nih."

Ino dengan segera kembali duduk di tempatnya semula.

"Sampe mana tadi ?"

"Kadang Ino kadang Vino, sampe itu tadi lo bilang."

Namaku Ira [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang