27. Kakek

9 7 3
                                    

Pagi hari, setelah menunaikan sholat dhuha, Ino sibuk bersiap diri sebelum menemui Kakeknya di pesantren, ia sudah dua malam sholat istikharah, dan hatinya sudah yakin untuk menemui sang Kakek, yang artinya, ia menerima perjodohan itu.

Ia juga sudah membicarakan hal ini pada kedua orangtuanya, dan tentu orangtua Ino sangat senang dan lega.

"Yakin ga mau sama ayah aja ?" Tanya Ibu untuk kesekian kalinya.

"Yakin Bu, ini kan baru pertemuan Vino sama calon Vino," jawab Ino sembari mengenakan jaketnya.

"Calon calon, kemarin-kemarin aja nolak."

"Allah kan Maha membolak-balikkan hati Bu, bukan salah Vino dong."

"Iya deh, emang kamu masih inget jalannya ?"

"Engga si Bu, tapi kan ada google maps, insyaallah aman."

"Ya udah, hati-hati ya, pelan-pelan aja, salam buat Kakek ya."

"Iya Bu, Vino berangkat ya," Ino mengecup tangan sang Ibu dan segera beranjak pergi.

Sebelum melajukan motornya, Ino memasang timer di ponselnya.

~~~

Saat ini, di depan Ino, sudah ada bangunan besar yang membuatnya takjub sesaat, bangunan itu pesantren sang Kakek, terlihat lebih bagus dari terakhir kali ia melihatnya, dengan perlahan, Ino mulai melangkah masuk.

Ino salah tingkah sendiri saat para santri menatapnya, ia merapikan pakaiannya, apa ia salah kostum ? Mengapa semua orang melihat ke arahnya ? Ino mempercepat langkahnya, ia ingin cepat sampai di ruangan Kakek saja rasanya.

Sudah lima menit Ino berdiri di depan pintu, sebenarnya, selangkah lagi ia akan sampai, namun ia belum masuk juga.

Ino mengambil nafas dalam-dalam, memberanikan diri untuk mengetuk pintu di hadapannya.

"Masuk," suara dari dalam membuatnya mengambil nafas sekali lagi, lalu dengan perlahan, ia mendorong pelan pintu di hadapannya itu.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikummussalam, masyaallah, Vino, ayo masuk," kakek yang tengah duduk itu langsung berdiri dan menghampiri Ino, menuntunnya agar segera duduk.

"Cucuku akhirnya datang, bagaimana ?"

"Bagaimana apanya Kek ?"

"Pesantren ini, sudah banyak berubah kan ?"

"Iya, sangat berubah."

"Kapan terakhir cucuku kesini ?"

"Sebelum kembali ke Padang ?" Jawab Ino sedikit tidak yakin.

"Sudah lama sekali," Ino hanya mengangguk, menyetujui ucapan sang kakek.

"Ayo, kita keliling, calon pemimpin harus hafal daerah kepemimpinannya," kakek berdiri, mau tak mau Ino pun ikut berdiri.

"Emang kakek ga capek ? Nanti aja kelilingnya, Vino bisa kok keliling sendiri."

"Kakek ga capek, ini baru mau keluar ruangan," Ino menurut saja.

Kakek menjelaskan semuanya dengan detail, tidak ada satu tempat pun yang terlewat.

Setelah cukup lama berkeliling, Ino mengajak kakek istirahat sejenak.

Namaku Ira [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang