29. Khitbah

12 8 2
                                    

Ino dan kedua orangtuanya beserta kakek baru akan pulang setelah dua hari satu malam menginap di hotel, kakek mengajak Ino bertemu dengan rekan yang nantinya akan sering Ino temui, Ino yang tak tahu apa-apa pun hanya menurut saja.

Mereka sampai sebelum maghrib, kakek juga langsung kembali ke pesantren setelah mampir sebentar.

"Jangan lupa besok ke pesantren Vino," kata kakek yang ditemani Ino menuju mobil.

"Iya kek, Vino ga lupa kok."

"Perbanyak do'a, apapun keputusan Sya, terima dengan lapang dada."

Ino hanya mengangguk paham, ia menyalami tangan kakek, membantunya masuk ke mobil dan menutup pintu mobil.

Setelah mobil kakek tak terlihat lagi, ia masuk ke dalam rumah dan bersiap untuk sholat maghrib berjama'ah di masjid.

~~~

"Vino, katanya mau ke pesantren ?"

Ino yang sedang duduk bersandar di sofa itu menegakkan duduknya.

"Iya Bu, abis ini kesana kok."

"Banyak-banyak berdo'a ya, Ibu tunggu kabar baiknya," setelah mengatakan itu, Ibu pergi sembari menahan tawa, Ino yang melihat itu hanya terkekeh.

Ino segera bangkit dan bersiap pergi.

Setelah selesai, ia berpamitan pada Ibu dan keluar rumah untuk segera pergi, namun dering ponsel menghentikan langkahnya, nama Ale tertera disana, ia menggeser tombol hijau, menerima panggilan itu.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikummussalam, kenapa Le ?"

"Lo jadi ke pesantren hari ini ?"

"Jadi, ini baru mau pergi, eh lo nelfon."

"Kirain lupa, gue mau ingetin aja sih, sebagai sohib yang baik."

"Iya-iya lo baik, tapi gue mau pergi sekarang nih."

"Tunggu dong."

"Apaan lagi ?"

"Gue mau mastiin aja, lo udah yakin ? Ga mau cari Ira sebentar lagi aja ?"

"Istikharah gue udah lebih dari cukup Le."

"Iya deh, tapi lo yakin banget ? Orang itu Aisyah ?"

"Mau dia Aisyah, mau dia Sya, orang yang sama, atau dua orang yang berbeda, yang pasti dia bukan Ira Le, dan gue udah yakin."

"Ya udah, gue cuma ga mau lo nyesel nantinya, tapi kayanya lo udah yakin banget, gue cuma bisa bantu do'a ya No."

"Iya Le, do'ain gue terus ya."

"Iya, ya udah sana lo pergi, kalo ditolak jangan sakit ati, assalamu'alaikum."

Ale mematikan panggilan sepihak, Ino berdecak sebal, namun setelahnya ia terkekeh dengan tingkah sohibnya itu.

Ino mengambil nafas dan mengucap basmallah, setelah itu ia melajukan motornya.

~~~

"Duduk Vino," Ino mengangguk, mengambil duduk di sebelah Kakek.

"Nak Sya masih mengajar, ada ustadzah yang berhalangan masuk."

"Iya kek ga apa-apa."

Ino terus mengatur nafasnya, entah mengapa rasa gugupnya semakin menjadi sesaat setelah ia duduk.

Namaku Ira [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang