26. Salah Duga

7 8 5
                                    

Seminggu setelah keberangkatan Ale dan kedatangan Kakek, Ino memutuskan untuk pergi ke panti, selain untuk bertemu anak-anak, ia juga ingin meminta saran dari akang, saran dari orangtuanya dan Ale dirasa kurang cukup.

Baru saja sampai, Ino sudah disuguhi pemandangan yang membuatnya istighfar dalam hati.

Di sana, Aisyah dengan sabar mengajarkan anak-anak panti, sesekali tawanya terdengar, matanya menyipit, menandakan bahwa ia sedang tersenyum.

"Astaghfirullah.."

Ino segera mengalihkan pandangannya,meletakkan helm dan beranjak dari tempatnya berdiri, tujuannya adalah akang.

"Assalamu'alaikum," Ino mengetuk pelan pintu ruangan akang.

"Wa'alaikummussalam, masuk."

"Kang.."

"Eh, Vino, duduk-duduk," akang merapikan duduknya.

"Apa kabar ?"

"Baik kang, Alhamdulillah, akang dan anak-anak bagaimana ?"

"Alhamdulillah baik."

"Saya ke sini mau minta sarannya akang, saya masih banyak keraguan soalnya."

"Saran apa ? Sok atuh cerita, siapa tau akang bisa bantu."

Ino menceritakan kegelisahannya, mulai dari pencarian Ira, ia yang diminta segera menikah, ia yang akan menggantikan sang kakek, sampai perjodohannya.

"Jadi, menurut akang bagaimana ?"

Akang berpikir sejenak.

"Menurut akang mah ya, lebih baik nak Vino istikharah dulu, harus menerima perjodohan dengan wanita yang nak Vino sendiri tidak kenal, atau tetap mencari wanita yang nak Vino suka."

"Istikharah ya kang ?"

"Iya, insya Allah nanti dipermudah."

"Tapi kalo kata akang mah ya, lebih baik nak Vino terima saja perjodohannya, soalnya kan, nak Vino sudah berusaha mencari, tapi ga ketemu sampai sekarang, dan sekarang malah dijodohkan, mungkin itu tanda dari Allah, kalau nak Vino tidak berjodoh dengan wanita yang nak Vino cari itu."

Ino menghela nafas, ia membenarkan apa yang akang katakan, mungkin memang bukan jodohnya.

"Terimakasih banyak kang, insya Allah nanti Vino sholat istikharah, semoga dipermudah."

"Akang juga do'akan yang terbaik untuk nak Vino."

"Terimakasih kang, Vino pamit ya kang, izin ketemu anak-anak juga sebentar."

"Iya nak Vino, silahkan."

"Assalamu'alaikum kang."

"Wa'alaikummussalam."

Ino berjalan perlahan, keluar dari ruangan akang, dan menghampiri anak-anak yang sedang bermain, ada Aisyah juga di sana.

"Assalamu'alaikum," ucap Ino membuat atensi mereka berpaling.

"Wa'alaikummussalam kak."

"Saya izin main sama anak-anak ya Aisyah," Aisyah mengangguk singkat.

"Pinter ga belajarnya kalian ?"

"Pinter dong," sahut mereka bersamaan, Ino kemudian tersenyum hangat.

Selanjutnya mereka bercanda bersama, sesekali Aisyah ikut tertawa, dan setiap Aisyah tertawa ia akan semakin mirip dengan Ira, itu yang ada difikiran Ino.

"Ra," panggil Ino pada Aisyah, ia ingin memastikan apakah wanita di hadapannya ini adalah Ira, seperti dugaan Ale atau bukan.

"Ra," panggilan kedua tak kunjung ada jawaban.

Namaku Ira [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang