Happy reading ya!
****
(Y/n) memejamkan matanya dan berharap ketika matanya terbuka, wanita yang tengah terbaring tak sadarkan diri di depannya sadar dan menyapanya. Bahkan ia sudah melakukan hal itu beberapa kali dengan berbagai doa kecil di dalam hatinya, tetapi, tidak ada pengabulan sama sekali.
Hana sudah koma selama beberapa hari dan (Y/n) tidak tau kapan mantan gurunya ini akan sadar. Kondisinya pun semakin memburuk. Tak jarang detak jantung Hana melemah.
"Kapan kau bangun, Hana-sensei?" tanya (Y/n) lirih sembari membuka matanya kembali.
Ia menatap Hana yang terbaring diatas brangkar rumah sakit. Meski desa hancur, namun fasilitas rumah sakit masih aman. Banyak juga warga-warga yang masih dirawat di sini sejak insiden penyerangan Pain waktu itu.
"Apa luka mu sangat parah sehingga untuk bangun pun kau terasa susah?"
(Y/n) belum pernah sefrustasi ini ketika menunggu sesuatu. Meski sosok Hana adalah sosok yang payah, tetapi, Hana tetap adalah sosok guru yang berkesan baginya. Sering kali Hana melupakan namanya dan berbagai hal kecil lainnya. Dan hal itu pula yang menjadi ciri khas dari Hana Nara. Seorang Jounin yang hanya mengingat hal penting dan sering melupakan hal kecil.
Kemudian kedua telapak yang terasa dingin itu mengusap wajahnya. Tangan kiri (Y/n) sudah membaik. Ternyata waktu penyembuhannya lebih cepat dari yang ia kira. Meski sesekali masih terasa nyeri ketika digerakkan.
"Ku mohon bangun, Hana-sensei ...." Selama beberapa hari belakangan ini pula (Y/n) sering menghabiskan waktu malamnya untuk menunggu Hana sadar dari komanya.
Masa bodoh dengan misi yang sering datang kepadanya. Jika pun ia memaksa untuk menjalankan misi di tengah kondisi seperti ini, misi tersebut bukannya selesai, tapi, malah kacau nantinya. Pikiran (Y/n) tengah kalut, perasaannya pun tidak stabil. (Y/n) adalah tipe orang yang gampang berlarut dalam kesedihannya sendiri.
"Ayo bangun, ku mohon." Kalimat permohonan itu terucap dan memperlihatkan seberapa putus asanya (Y/n). "Aku berjanji, jika kau bangun nanti ... aku akan mentraktir mu makan sepuas mu, atau mentraktir mu membeli barang yang kau inginkan. Kebetulan gaji dari misi ku masih sangat banyak, aku rajin menabung untuk keperluan mendadak," ujar (Y/n) dengan senyuman tipisnya.
Dadanya benar-benar terasa sesak, matanya juga lelah. Ingin sekali mata ini terpejam, tapi, kendati demikian, (Y/n) tidak mau melewatkan waktu di mana Hana membuka matanya.
"Aku ... aku tidak mau kehilangan guru seperti mu. Lebih tepatnya, aku tidak mau kehilangan orang yang aku sayangi untuk kesekian kalinya. Jadi ku mohon bangun lah," ujarnya lirih.
Kemudian iris kelam itu kembali menatap wajah Hana. Bibir tipisnya sudah melengkung ke bawah dengan mata yang sayu. (Y/n) terus menatap wajah damai milik Hana. Tidak memiliki niatan untuk menatap objek lainnya karena ia benar-benar memfokuskan dirinya pada Hana seorang. Mantan gurunya yang tengah berada diambang hidupnya.
"(Y/n)?"
(Y/n) tersentak, ia tau ini suara siapa. Tanpa ada niatan untuk berbalik dan menatap wajah orang yang telah menyebut namanya tadi, (Y/n) lebih memilih untuk diam dan mengusir sosok pria itu.
"Pergilah kau brengsek!" usir (Y/n) dengan desisan sinisnya.
Sosok pria itu tidak mengindahkan perintah (Y/n). Justru pria itu mendekat dan menyetuh pundak (Y/n), tapi, dengan cepat (Y/n) tepis dengan kasar.
"Apa mau mu, Tenji?!" tanya (Y/n). Tatapan matanya tajam dan nada bicaranya penuh penekanan.
"Pulang dan berisitirahat, biar aku yang menjaga Hana-sensei," jawab Tenji dengan wajah khawatirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐖𝐀𝐓𝐀𝐒𝐇𝐈 𝐍𝐎 𝐌𝐎𝐍𝐎𝐆𝐀𝐓𝐀𝐑𝐈 ; 𝐬𝐡𝐢𝐩𝐩𝐮𝐝𝐞𝐧 ✔︎
FanfictionKisahku belum selesai. Semua masih berlanjut bahkan lebih gila dari sebelumnya. .・。.・゜✭・.・✫・゜・。. |Seluruh karakter Naruto adalah milik 𝗠𝗮𝘀𝗮𝘀𝗵𝗶 𝗞𝗵𝗶𝘀𝗶𝗺𝗼𝘁𝗼 kecuali (Y/n) dan Oc|.