Happy reading xixixi
***
"Maafkan aku."
"Maafkan aku."
"Maafkan aku."
Entah sudah kalimat yang ke berapa kali kalimat itu keluar dari dalam mulutnya. Kata maaf senantiasa terucap dengan lirih. Mata terus mengeluarkan air mata tiada henti, tetapi, suara isakan tidak terdengar. Gadis itu mengucapkan kalimat maaf dengan tangisan tanpa suara.
Barusan saja ia sudah melakukan sebuah kejahatan. Kejahatan dengan cara membalas dendam kematian sang guru dan membunuh mantan rekan satu timnya dulu.
Sebelumnya, dirinya juga sudah pernah membunuh orang lain. Sedari awal pun tangannya sudah kotor. Kotor dengan perlakuan tak kemanusiaan. Merenggut nyawa dari jasadnya. Beberapa kali (Y/n) sudah pernah membunuh orang ketika menjalankan misi-misi yang ia terima. Mulai dari ninja buronan yang memberontak, Nukenin yang berusaha membunuhnya, dan mantan rekan satu timnya.
(Y/n) memejamkan matanya. Membiarkan mata yang sedari tadi terbuka mendapatkan ketenangannya ketika tertutup.
"Maafkan aku." Lagi, kalimat itu terucap bersama air mata yang masih mengalir.
Kata maaf bukan tentang penyesalan terhadap hal yang sudah ia lakukan pada Azumi. Melainkan, kata maaf terucap untuk janji yang sudah ia langgar. Janji yang terucap sepuluh tahun yang lalu ketika dirinya masih berusia lima tahun.
Saat itu, ia sedang duduk-duduk santai di teras belakang rumahnya sembari memperhatikan sang ibu yang tengah mengangkat pakaian yang dijemur. Tak jarang bibir mungil itu bercerita, hingga ia teringat dengan satu hal yang sangat ingin ia cerita pada masa itu.
"Ibu! Tadi ketika aku membeli susu, aku melihat seorang anak kecil, dia berambut kuning dan terlihat menyedihkan. Lalu ku lihat dia dimarahi oleh orang-orang dewasa," jelas (Y/n) kecil dengan semangatnya. Bahkan ia sampai-sampai beranjak dari duduknya dan menghampiri sang ibu yang masih mengangkat pakaian.
"Oh ya? Apa yang kau lakukan setelah itu?" tanya sang Ibu sembari melirik anaknya yang sudah berdiri di sebelahnya.
(Y/n) melipat kedua tangannya di depan dada. "Aku hanya melihat dan setelah itu pergi."
Pergerakan tangan sang ibu terhenti. Lalu sang ibu menoleh sepenuhnya ke arah (Y/n) kecil. Wanita itu berjongkok, meletakkan keranjang yang sedari tadi ia peluk di sampingnya. "Kenapa kau tidak menolong atau membelanya? Dia sedang kesusahan lho," tanya Sang ibu sembari memegang kedua bahu (Y/n).
Kening (Y/n) tampak berkerut, alisnya menyatu. "Karena aku tidak mengenalnya," katanya dengan gelengan kecil.
Sang ibu menghela nafas, kemudian tersenyum lembut kepada sang anak. "Kau tidak boleh seperti itu. Kau harus membantu siapapun yang sedang membutuhkan pertolongan. Kau harus berbuat baik dengan siapapun. Apa kau mengerti?"
(Y/n) menatap sang ibu dengan bingung. "Dan aku tidak akan mendapatkan keuntungan apapun kan?"
Sang ibu yang mendengar pertanyaan polos anak nya tampak terkekeh pelan. "Kau benar-benar mirip dengan ayah mu!" tutur sang Ibu gemas.
(Y/n) menghela nafas. "Itu karena aku anaknya."
Langsung saja satu jeweran mendarat di telinga kanan (Y/n). Dan hal itu berhasil membuat (Y/n) mengaduh kesakitan. "Aww! Itu sakit, Bu!"
Sang ibu hanya menggelengkan kepalanya dengan ekspresi gemasnya. "Menjawab ketika ibu sedang menasehati mu itu bukanlah tindakan bagus!"
(Y/n) merengut, menyingkirkan tangan sang ibu dari telinganya. "Iya-iya, maafkan aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐖𝐀𝐓𝐀𝐒𝐇𝐈 𝐍𝐎 𝐌𝐎𝐍𝐎𝐆𝐀𝐓𝐀𝐑𝐈 ; 𝐬𝐡𝐢𝐩𝐩𝐮𝐝𝐞𝐧 ✔︎
FanfictionKisahku belum selesai. Semua masih berlanjut bahkan lebih gila dari sebelumnya. .・。.・゜✭・.・✫・゜・。. |Seluruh karakter Naruto adalah milik 𝗠𝗮𝘀𝗮𝘀𝗵𝗶 𝗞𝗵𝗶𝘀𝗶𝗺𝗼𝘁𝗼 kecuali (Y/n) dan Oc|.