37: Kebohongan yang buruk

2K 452 64
                                    

Dulu, Hana pernah berkata kalau kepergian, kematian, dan kehilangan adalah hal yang selaras. Itu semua pasti terjadi pada setiap umat manusia. Dan tugas bagi mereka yang masih hidup adalah menerima hal itu dengan ikhlas agar semua baik-baik saja.

(Y/n) juga sudah mengatakan hal itu ke beberapa orang yang telah kehilangan. Namun, sepertinya kata-kata itu tak berlaku untuk dirinya lagi saat ini. Ini sudah kesekian kalinya ia kehilangan orang yang berharga baginya. Dan dirinya selalu gagal untuk menyelamatkan orang itu.

Dirinya memang payah. Sangat payah dan tidak berguna. Sudah sering ia meruntuki hal ini dan berusaha untuk hal ini tidak terulang lagi. Namun, selalu saja ... selalu saja seperti ini akhirnya.

"Hei, sekarang giliran mu!"

(Y/n) tersentak kala merasakan pundaknya di senggol. Ia menoleh, menatap pada Shikamaru yang tampak menyadarkan dirinya dari lamunan fana miliknya. (Y/n) menghela nafas dengan berat, setelah itu ia melangkahkan kedua kakinya dengan pelan menuju makam Hana.

Hana sudah dikebumikan. Sore ini pun terasa sangat menyakitkan dan kelam bagi (Y/n).

Sesampainya di depan makam Hana, (Y/n) berjongkok dan meletakkan bunga anyelir putih pada makam Hana. Sejenak bola mata kelam itu menatap makam Hana dengan datar. Wajahnya tidak berekspresi, matanya pun tidak mengeluarkan air mata sama sekali. Tapi, dadanya terasa sangat sesak. Di balik dada ini, ada sesuatu yang terasa sangat sakit ketika mengetahui fakta ini semua.

Angin sore berhembus, membuat beberapa helai daun disekitar berterbangan melewati (Y/n) dan orang-orang yang ikut mengebumikan Hana untuk terakhir kalinya.

Akhirnya, dengan helaan nafas panjang (Y/n) bangkit dari posisi jongkoknya. Ia berbalik dan berlalu meninggalkan pemakaman Hana begitu saja. Mengabaikan panggilan Sakura dan Ino yang menyuruhnya untuk kembali. Ia tau ini tidak sopan, ritual pemakaman pun memang belum selesai. Namun, dirinya tidak sanggup untuk berada lebih lama di sana. Terlalu menyakitkan.

Kepala (Y/n) menunduk, kedua tangannya sudah ia masukkan ke dalam kedua saku celana hitamnya, rambutnya terurai dan langkahnya tak terarah. (Y/n) terus melangkah tak tau arahnya kemana. Pikirannya benar-benar kosong.

Apa ini nyata?

(Y/n) masih berharap ini hanya sebuah candaan konyol. Namun, ketika ia mengharapkan itu, kenyataan selalu berhasil menamparnya. Ini nyata dan ini lah kenyataannya. Hana telah meninggal dan dirinya kembali kehilangan orang yang ia sayangi. Mulai dari sang nenek yang tewas ketika insiden Kyubi, kedua orang tuanya yang tewas ditangan Itachi Uchiha, lalu sang kakek tewas ketika mengorbankan dirinya demi desa, kemudian Tenji yang tewas di tangannya sendiri, tapi, sosok pria itu kembali hidup. Setelah itu pamannya yang tewas ditangan anggota Akatsuki dan terakhir gurunya.

Selanjutnya siapa? Kenapa tidak dirinya saja?

(Y/n) memejamkan matanya, ia menghentikan langkah gontainya tersebut. Setelah itu ia mendongak dan menatap ke sekitar jalanan yang ia lalui. Banyak warga yang melihatnya dan mengerti akan kondisinya.

Akan, tetapi, tatapan mereka semua sangat menggangu bagi (Y/n). "Apa yang kalian lihat?!" sentak (Y/n) dan kembali membuat semua warga yang melihatnya kembali pada aktifitasnya masing-masing.

Ini berat. Emosinya tidak bisa ia kontrol dengan baik. Ketika angin kembali berhembus, (Y/n) menengadahkan kepalanya, menatap langit sore yang mulai menggelap. Rasanya tenang sekali menatap langit seperti ini.

Tapi, menikmati keindahan langit sore bukanlah pilihan yang tepat. (Y/n) kembali melangkahkan kedua tungkainya. Masih tidak tau kemana arahnya, (Y/n) hanya mengikuti instingnya saja. Membiarkan kedua tungkai ini bergerak dan membiarkan otaknya memimpin.

𝐖𝐀𝐓𝐀𝐒𝐇𝐈 𝐍𝐎 𝐌𝐎𝐍𝐎𝐆𝐀𝐓𝐀𝐑𝐈 ; 𝐬𝐡𝐢𝐩𝐩𝐮𝐝𝐞𝐧 ✔︎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang