18: Masa depan

2.9K 609 40
                                    

Happy reading semua!

****

Pagi ini, (Y/n) menatap gerbang desa Konoha dari kejauhan. Terlihat di sana, Shikamaru, Ino, Chouji, Tsunade, dan Kakashi seperti sedang berbincang. Tak lama, Shikamaru, Ino, Chouji, dan Kakashi mulai bergerak meninggalkan Tsunade sendirian dan itu tandanya, aksi balas dendam segera di mulai.

(Y/n) menghela nafasnya lalu berbalik dan berjalan meninggalkan tempat ia berpijak tadi. Jauh di lubuk hatinya, (Y/n) juga ingin ikut serta. Hanya saja nanti, (Y/n) tidak akan bisa mengontrol emosinya jika sudah berhadapan dengan anggota Akatsuki yang menjadi penyebab kematian pamannya.

"Larut di dalam kesedihan tidak akan merubah fakta kalau Asuma sudah meninggal."

Perkataan Tsunade tempo hari berputar di benak (Y/n). Sejenak (Y/n) memejamkan matanya dan menghela nafasnya kasar. Itu benar. Ia tidak perlu larut di dalam kesedihannya terus menerus. Tetapi, bagaimanapun semua itu membutuhkan waktu bukan?

(Y/n) berjalan santai di jalanan desa Konoha yang masih sepi. Ini masih pagi dan matahari baru saja terbit. Tidak banyak hal yang (Y/n) lakukan semenjak musibah yang menimpanya. Bahkan belakangan ini Tsunade pun belum memberikannya misi dan itu tandanya ia mendapatkan waktu luang.

(Y/n) berjalan dengan wajah tanpa ekspresinya. Tak jarang warga yang melihatnya sesekali meringis karena ekspresi yang (Y/n) tunjukkan. Tidak ada selekuk pun ekspresi di wajahnya.

Setelah berjalan cukup lama akhirnya (Y/n) tiba di tempat latihannya. Pagi ini (Y/n) memutuskan untuk berlatih apa yang bisa ia latih. (Y/n) cukup bosan karena terus menerus mengurung dirinya di kamar karena bagaimanapun juga ia membutuhkan udara segar.

Angin pagi berhembus pelan saat (Y/n) tiba di tempat latihannya. Ah, entah untuk ke berapa kalinya setiap tiba di tempat ini banyak memori yang berputar di benaknya. (Y/n) mengusap wajahnya lalu mendongak.

"Perlu ku akui, aku membenci desa ini. Karena desa ini aku kehilangan kalian semua. Tetapi, tidak bisa ku pungkiri juga kalau aku mencintai desa ini. Sama seperti usaha kalian dalam melindungi desa ini," ujar (Y/n) pelan sembari mengingat wajah keluarganya.

Lalu kepalanya menunduk. "Sial," umpatnya.

"Bagaimana kabar mu?"

(Y/n) langsung menoleh ke belakang saat mendengar suara orang bertanya. Ia sedikit terkejut saat mendapati Hana berdiri di belakangnya. Kening (Y/n) berkerut sesaat lalu gadis itu kembali menghadap ke depan.

"Biasa saja," jawab gadis itu.

Hana terkekeh. Sudah lama ia tidak bertemu dengan muridnya yang satu ini. Terlebih ketika mendengar kabar buruk yang menimpa (Y/n) pasti ini semua berat baginya. Di tambah, Hana sendiri pun memiliki hubungan yang baik dengan Asuma dan Kurenai.

Hana berjalan pelan lalu berdiri di samping (Y/n) yang setinggi dadanya. "Aku ... turut berduka cita ya," ucap Hana sedikit canggung.

(Y/n) menghela nafasnya lalu berjalan menghampiri balok kayu yang sering di jadikan sasaran kunai atau pun shuriken.

Hana yang melihat (Y/n) mengabaikannya pun berdecak. "Kau mengabaikan ku!" gerutu Hanna.

(Y/n) menoleh. "Dan itu tidak penting."

Sial, (Y/n) memang berubah. Begitulah pikir Hana. Lalu gadis berklan Nara itu terkekeh. "Ya, seterah mu saja. Tetapi, sudah lama kita tidak menghabiskan waktu bersama. Jadi, bagaimana jika kau berlatih bersama ku? Kebetulan aku sedang tidak ada jadwal dengan klan ku."

(Y/n) tidak merespon melainkan tetap fokus untuk melepaskan semua shuriken yang menancap di atas balok kayunya. Ia berjongkok lalu mengumpulkan beberapa kunai yang tergeletak di atas tanah.

𝐖𝐀𝐓𝐀𝐒𝐇𝐈 𝐍𝐎 𝐌𝐎𝐍𝐎𝐆𝐀𝐓𝐀𝐑𝐈 ; 𝐬𝐡𝐢𝐩𝐩𝐮𝐝𝐞𝐧 ✔︎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang