4. Ketakutan Jeno

7.5K 997 227
                                    

"Setiap orang memiliki ketakutan tersendiri, apapun ketakutan itu, sulit bagi kita untuk membantu menghilangkannya."

-√-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

--

-

Siapa yang tak menginginkan sosok ibu yang baik dan penyayang? Seorang ibu yang menemani pertumbuhan mu dari bayi hingga dewasa, semua anak menginginkan hal itu.

Tapi sayangnya hal itu tidak didapat oleh Jeno, setiap hari ia hanya diolok-olok temannya karena tidak memiliki seorang ibu.

Sebenarnya ia sudah kebal dengan hinaan itu. Tapi jika dirinya tidak sedang berada di situasi yang baik, maka semua hinaan itu bisa membuatnya merasa bahwa ia memang terlihat seperti anak buangan.

Sudah 10 tahun lamanya ia mencari dimana keberadaan ibunya, tapi sampai sekarang ia masih tidak menemukan petunjuk apapun.

Ia percaya bahwa ibunya tidak mungkin membencinya, ibunya adalah orang yang melahirkannya dan beliau pasti sangat menyayanginya.

Sampai kapanpun ia akan berusaha untuk mencari ibunya, walau saat bertemu nanti ia tidak dianggap, ia tidak peduli.

Saat ini jam pelajaran sudah selesai, anak-anak berbondong-bondong keluar dari kelas dan pulang ke rumah mereka, ada juga yang melanjutkan kegiatan ekstra mereka di sekolah.

"Jen, lo yakin gak mau ikut gue aja? Gue anterin pulang mumpung katanya bokap gue bawa mobil."

Jeno tersenyum kecil lalu menepuk pelan pundak Saka, "Gapapa Ka, gue nunggu Bang Wira tadi udah janji mau dijemput sama dia."

"Bang Wira si bodyguard bokap lo itu kan ya?" Jeno mengangguk.

Saka menghela nafasnya, "Mau gue tungguin sampe Bang Wira dateng? Gue bisa nyuruh bokap gue nunggu bentar di mobil."

"Kagak usah Ka, ngerepotin lo sama bokap lo jadinya, udah sana pulang aja."

"Serius lo?"

"Iya Sakarta Barra Adiwinata."

"Ck yaudah, gue duluan, ada apa-apa langsung call gue."

"Siap sayang."

"Jijik Jen, gue cabut ya." Jeno mengangguk.

Melihat Saka yang sudah pergi menjauhinya membuat ia sedikit lega, jika sudah tidak ada teman-temannya ia dapat meminum obatnya dengan lebih tenang.

Setelah ia selesai minum obat, tiba-tiba saja ia dikejutkan oleh seseorang yang sedang berdiri di depannya.

"Minum obat apa lo? Ganja? Narkoba? Atau lo penyakitan ya?"

Remaja itu adalah remaja yang paling Jeno benci, panggil saja Bara. Tapi sebenci apapun Jeno pada orang lain, ia tidak bisa membalas kejahatan mereka dengan kejahatan lagi. Hatinya terlalu lembut.

Ephemeral [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang