40. Bahagianya sudah nyata

5.8K 533 98
                                    

"Aku membuka mataku dan yang kutemukan adalah kebahagiaan yang sesungguhnya, kebahagiaan yang selama ini aku idam-idamkan seumur hidupku."

Hai semua ketemu lagi, semoga part ini buat mood kalian naik yaa hehe💓

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai semua ketemu lagi, semoga part ini buat mood kalian naik yaa hehe💓

-√-

-

5 bulan kemudian.

Waktu berlalu sangat cepat menyisakan kenangan indah juga kenangan buruk bagi semua makhluk hidup di dunia.

Semesta selalu melihat kehidupan manusia, menunggu siapa saja yang akan kembali menyalahkannya atas semua masalah yang terjadi.

Kini cuaca sedang tidak terlalu bersahabat, matahari yang biasanya bersinar dengan terik sekarang sudah tertutup dengan awan, membuat langit menjadi terlihat mendung.

Terlihat tiga orang laki-laki yang tengah menginjakkan kaki mereka di kuburan yang tertata rapi dengan bunga-bunga yang berada di atasnya.

Melihat nama di makam itu membuat mereka kembali mengingat masa lalu yang penuh dengan kebahagiaan walaupun kesedihan lebih mendominasi masa lalu itu.

"Marven?"

Johnny sedari tadi melihat Marven yang hanya melamun dan duduk di sebelah kuburan itu. Tatapan matanya yang kosong membuat hati Johnny terasa dicabik-cabik.

Andai ia bisa mengubah dan memperbaiki masa lalu, pasti semua ini tidak akan pernah terjadi dan sosok itu pas masih ada bersama mereka hingga saat ini.

"Ayo pulang dek, kita udah lumayan lama disini."

Marven menggelengkan kepalanya, "Duluan aja, masih mau disini.."

"Abang tau lo sedih, tapi kalau lo terus-terusan kayak gini yang ada lo sakit Ven."

Johnny membungkukkan tubuhnya dan merangkul Marven, "Ga biasanya kamu sedih sampai kayak gini kan? Kamu mikirin apa hm?"

"Gapapa, cuma lagi pengen aja, Pa."

"Jangan gitu nak, kamu tau kalau Papa gak bisa lihat anak Papa kayak gini? Kita pulang ya?"

"Duluan aja, Pa. Nanti Marven bisa pulang sendiri."

"Kamu pikir Papa mau biarin kamu sendirian disini?"

Pemuda itu hanya terdiam sambil memandang batu nisan yang ada didepannya. Sosok itu benar-benar membuatnya rindu hingga rindu itu tak dapat lagi ia ungkapkan dengan sebuah kata-kata.

Air mata? Entahlah, itu benar-benar tidak membantunya untuk lepas dari rindunya. Bahkan sekedar untuk mengeluarkan air mata saja ia juga tidak bisa.

Ia kembali hanyut dalam pikirannya sendiri, memori lamanya kembali terulang membuatnya benar-benar ingin menghentikan otaknya sekarang juga. Ingin sekali ia menghapus semua memori itu walaupun memori tersebut dapat dibilang sebagai memori yang indah.

Ephemeral [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang