36. Maaf berujung petaka

3.2K 531 166
                                    

"Jika kata maaf yang diberikan hanyalah berujung petaka, maka aku lebih berharap agar tidak pernah mendengar maaf dari Ayah."

Dua bulan akhirnya balik update siapa yang kangen nih muehehe, jangan lupa ramein ya, mari hibur hati author lagi galau💨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua bulan akhirnya balik update siapa yang kangen nih muehehe, jangan lupa ramein ya, mari hibur hati author lagi galau💨

-√-

-

"Jeno!!"

Remaja itu membalikkan tubuhnya dan tersenyum ke arah teman-teman yang memanggil dirinya tadi.

Remaja? Tidak, kini dirinya sudah menjadi seorang pemuda. Tumbuh dengan masa remaja yang menyedihkan membuatnya perlahan menjadi sosok yang kuat dan lebih dewasa lagi.

Empat tahun lamanya ia terperangkap dalam trauma mendalam yang diciptakan oleh Ayahnya sendiri. Bertengkar dengan dirinya demi mendapat sebuah kedaimana namun berakhir dengan sebuah kesedihan kembali.

Kini ia tidak perlu mengingat kembali semua masa lalunya, ia sudah keluar dari itu semua dan berusaha menjalani masa dewasanya dengan baik.

"Oii sahabat gue sehat nih? Gak nyangka bakalan satu kuliahan kayak gini ya?"

Suara Candra mendominasi di tempat parkiran membuat beberapa orang menatap ke arah mereka.

"Suara lo kenceng banget bego, gak malu apa diliatin orang?" Seperti biasa, memarahi Candra sudah menjadi rutinitas seorang Saka.

Yang Candra lakukan selanjutnya hanya mengomel dan Saka kembali memarahi anak itu dan begitu seterusnya hingga mereka berhenti sendiri.

Sedangkan Jeno, pemuda itu tak hentinya menatap sesuatu di belakang Keenan, berharap sesuatu itu benar-benar ada disana. Biasanya yang selalu berdiri dibelakang Keenan atau menjumpainya pertama kali adalah Nean, namun sekarang semua sudah berubah.

Sudah berlalu empat tahun lamanya setelah ia kehilangan sosok sahabat yang selalu menemaninya sejak kecil, bersamaan dengan kakaknya yang juga pergi. Walaupun itu bukanlah kakak kandungnya, bagaimanpun juga dialah orang yang selalu melindungi Jeno.

"Bang, kalian berdua udah makin dewasa kok ga ada malu-malunya kalo tengkar ditengah-tengah kayak gini?"

"Diem Ven!/Diem Ven!"

Aven membulat matanya begitu juga Jeno dan Keenan disebelahnya, sedangkan Cakra dan Saka malah saling menatap satu sama lain.

"Lo ngapain niruin gue?"

"Mimpi lo Can, yang ada gue yang nanya kenapa lo ngikutin gue."

"Mimpi apa gue, emang lo duluan mau gimana?!"

"Ih nih anak minta gue sate, sini gak lo?!"

"Ck udah udah, kalian kenapa malah pada ribut sih? Ayo masuk aja, bentar lagi kelas kan? Mana jurusan pada beda nanti telat lagi."

Ephemeral [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang