35. Tangis dan tawa

4.1K 601 94
                                    

"Tangis yang muncul setelah tawa tidak sesakit tawa yang muncul setelah tangis."

Satu bulan bertapa akhirnya update juga✨Ada yang masih nungguin kah?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu bulan bertapa akhirnya update juga
Ada yang masih nungguin kah?

-√-

-

Hari-hari berjalan begitu saja seperti tidak ada kesedihan di dalamnya, bahkan dunia tidak peduli berapa banyak orang yang akan terluka setiap harinya.

Jeno melihat dunia yang terlihat biasa saja seakan-akan dunia tidak merasakan kesedihannya setelah ditinggal oleh dua orang yang sangat ia sayangi dan bahkan mereka adalah alasannya masih bertahan hidup hingga sekarang.

Remaja itu kini sedang berdiri di rooftop rumah sakit di tengah malam yang begitu sepi dan tenang, tentu saja ia pergi kesana tanpa sepengetahuan keluarganya karena jika mereka tahu, pasti mereka tidak akan mengizinkannya.

Melihat dua bintang yang muncul di dekat bulan membuatnya tiba-tiba saja meneteskan air mata. Jeno berpikir bahwa dua bintang yang kini bersinar terang di langit adalah Jaevir dan Nean.

"Kalian ninggalin Jeno tanpa pamitan, tau gak sih kalau pergi tanpa kalimat perpisahan rasanya lebih sakit.."

Tangan mungil itu tergerak meremas kuat dadanya untuk menghilangkan sesak disana saat ia menangis. Ingin rasanya ia berteriak dan menyalahkan semesta yang sangat suka memainkan kehidupannya.

Setelah beberapa menit, Jeno kembali menegakkan kepalanya dan ia mengambil buku yang tadi ia bawa dari ruang rawatnya. Itu adalah buku diary kehidupannya, sebelumnya ia meminta tolong Wira untuk mengambilkan buku itu tapi dengan catatan Wira tidak boleh melihat isi buku tersebut.

Jeno membuka buku itu dan membaca kembali perjalanan hidupnya. Kira-kira sudah lebih dari sepuluh halaman kehidupannya yang ia baca namun belum juga menemukan bagian yang membuatnya bahagia sama sekali.

Ia memutuskan untuk berhenti membaca dan membuka halaman tengah dari buku itu lalu menulis kehidupannya yang sekarang. Tangan itu bergerak dengan leluasa di atas kertas putih itu dan semua yang ia tuliskan tentang kehidupannya itu membuatnya tertawa.

"Bang Jaevir, Nean, kalau ini jadi tulisan terakhir dari perjalanan gue, gue harap masih bisa ngerasain yang namanya bahagia walau cuma sekali aja."

Setelah ia rasa bahwa tulisannya sudah selesai, ia kembali membaca tulisan itu lalu tersenyum kecil.

"Gue nulis ini seakan-akan kalau ini bakalan jadi hari terakhir gue ya? Kalian bisa lihat kan?"

Jika orang melihat Jeno pasti orang akan mengira anak itu gila karena berbicara sendiri, namun kenyataannya ia sedang berbicara dengan Nean dan Jaevir. Walaupun ia tidak tahu apakah Nean dan Jaevir dapat mendengarnya atau bahkan sedang membalas perkataannya.

Ephemeral [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang