25. Penyesalan yang sia-sia

3.8K 627 216
                                    

"Menyesal? Semua manusia selalu menyesal di akhir, sebelum sesuatu buruk terjadi pada mereka, mereka tidak akan pernah menyesal."

Siapa yang nungguin part ini nih? Angkat kaki🦶🦶

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siapa yang nungguin part ini nih? Angkat kaki🦶🦶

-√-

-

Disini, mereka semua kembali berada di tempat ini. Putih, tempat yang penuh dengan bau obat-obatan, juga suara tangis serta detak jantung dari setiap orang yang berdebar sangat kencang ketika berada disini.

Jeno kembali masuk ke dalam tempat ini, namun bedanya kali ini ia menunggu seseorang yang kini tengah berjuang hidup di dalam sana. Ia menekuk kakinya dan memeluknya bersamaan dengan seluruh badannya yang bergetar hebat.

Tidak lagi, jangan sampai karena dirinya, seseorang yang dekat dengannya kembali pergi untuk selamanya.

Air mata Jeno sudah berada pada titik terakhir, ia sudah tidak bisa menangis. Hal itu benar-benar membuat dadanya terasa sangat sesak dan panas. Ia ingin mengeluarkan semua kesedihannya tapi sayangnya ia tidak bisa.

Sedangkan Dirga yang sedari tadi menunggu di depan ruangan itu tiba-tiba saja memukul kuat dinding di depannya lalu ia berbalik dan menarik rambut Jeno begitu saja hingga membuat remaja itu terseret karena tarikannya yang begitu kencang.

"A-Ayah..s..sakit..argh.."

"Dasar anak gak berguna!! Kenapa gak kamu aja yang ketabrak mobil! Kenapa harus putra saya hah?! Hidup saya selalu sial setiap ada kamu disini! Kenapa bukan kamu yang mati!!"

Akhirnya Jeno bisa kembali menangis. Tidak ada yang lebih menyakitkan dari pada diperlakukan dengan kasar oleh orang tua sendiri. Sekuat apapun Dirga mengatakan bahwa ia bukanlah Ayah kandungnya, Jeno tetap tidak bisa membencinya karena pria itulah yang membesarkan dari kecil hingga sekarang.

"M..maaf..A-Ayah maaf.."

"SAYA BUKAN AYAH KAMU BODOH!!"

Dirga kembali menendang Jeno dan tendangan itu tepat mengenai ulu hatinya. Jeno hanya bisa mengerang kesakitan dan meremas kuat perutnya itu dengan nafas memburu. Rasa benar-benar sakit, ia tidak bisa menahannya.

BUGHH

Satya memukul telak rahang Dirga membuat pria itu sedikit limbung karena tidak siap dengan bogeman itu. Tatapan mata Satya benar-benar menyeramkan, ia paling tidak suka ada orang yang mengganggu keluarga.

"Bajingan, lo jangan pernah nyentuh Jeno lagi! Putra lo itu dorong Jeno karena dia masih punya jiwa seorang kakak walau Jeno bukan adek kandungnya. Sedangkan lo? Jijik gue lihatnya, maaf aja ya."

Dirga tersenyum miring dan menatap kembali mata Satya.

"Gak anaknya, gak bapaknya sama aja ya? Sama-sama berandal."

Ephemeral [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang