Ephemeral [TERBIT]

7. Ukiran berwarna merah

"Hidup itu tidak mudah. Terkadang kamu berpikir ingin menghilang dari dunia, padahal sebenarnya kamu hanya ingin ditemukan."

🍫Ramein komen nanti dapet coklat🍫

🎶Anson Seabra-Broken🎶

-√-

-

Senja telah menyembunyikan dirinya dan bergantian dengan munculnya kegelapan di dunia yang ditemani oleh satu bulan dan ribuan bahkan jutaan bintang di langit.

Nampak seorang remaja dengan wajahnya yang lusuh memasuki pintu rumahnya dan mengarah ke ruang keluarga.

Ia melempar
tasnya sembarangan lalu menjatuhkan dirinya di sofa sambil memejamkan matanya.

Anak sedang tidak baik-baik saja.

Tak lama berselang, ia membuka matanya dan menelusuri setiap sudut rumahnya yang dipenuhi oleh barang mewah milik sang ayah dan puluhan lukisan milik sang kakak, sedangkan karyanya? Tidak ada di sana.

Ia baru saja ingin memejamkan matanya kembali hingga suara yang familiar melewati gendang telinganya.

"Den Jeno, makan malam udah siap, makan dulu ayo."

Jeno kemudian menatap wanita ringkih didepannya sambil tersenyum manis, sosok wanita ini sudah ia anggap sebagai ibunya sendiri, sosok wanita ini adalah sosok yang ingin selalu ia lindungi.

"Panggil nama aja bi, gak perlu pake 'Aden'. Jeno mau makan kalo Bi Ima janji dulu sama aku."

Bi Ima menatap Jeno sambil mengernyitkan dahi, "Janji apa Den-eh Jen?"

"Bi Ima harus janji buat ceritain ke Jeno, bunda itu orangnya gimana."

Mendengar permintaan Jeno membuat Bi Ima sedikit takut, apalagi Dirga sudah pernah memberitahunya bahwa ia tidak boleh membocorkan identitas wanita itu didepan Jeno.

"M-maaf Jen, tapi Bi Ima gak bisa ceritain ke kamu, kamu tau kan-"

"Bibi ku yang cantik, kan ceritanya di kamar Jeno, lagian ayah gak akan tau. Kalo ketahuan biar Jeno yang tanggung jawab deh."

"Tapi Jen-"

"Jeno mohon bi, bibi mau lihat Jeno sampe mati penasaran karena gak tau bunda Jeno sendiri?"

Bi Ima menghela nafasnya, "Baik, akan bibi ceritakan nanti, tapi kamu makan dulu sekarang, habis itu mandi."

"Satu lagi bi."

"Apalagi Jeno?"

"Hehe, bibi harus makan sama Jeno.

Bi Ima membulatkan matanya, "E-eh Jen, bibi makan di-"