13. "Jeno capek bang.."

5.4K 742 235
                                    

"Sering kali orang dengan hati yang terkuat, memikul beban terberat."

Pagi-pagi boleh siapin tisu, siapa tau berguna🧻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi-pagi boleh siapin tisu, siapa tau berguna🧻

🎶James Arthur-Train Wreck🎶

-√-

-

"Jeno, kamu belom makan dari tadi, ayo makan dulu."

Wira sedari tadi menyodorkan makanan kepada Jeno, namun anak itu hanya terdiam dengan tatapan kosong tanpa merespon permintaan Wira sama sekali.

Satu jam sudah berlalu sejak anak itu sadar. Hal pertama yang ia lihat saat sadar hanyalah Wira yang menunggu disampingnya hingga tertidur.

"Abang kemana? Abang benci sama Jeno juga?" batin Jeno.

"Ayok makan Jen saya mohon, satu suap aja deh, keburu dingin buburnya."

"Mual bang, nanti habis makan sama aja keluar lagi."

"Makan pelan-pelan gak bakal muntah kok, coba dulu ya?"

Jeno menghela nafasnya kasar, akhirnya mau tak mau ia mencoba untuk memakan bubur itu.

Dan benar saja perkataan Wira, ia tidak muntah karena memakan bubur itu sedikit demi sedikit.

Jeno menyuapkan bubur itu kedalam mulutnya masih dengan tatapan kosongnya, pikirannya masih ada di kejadian dimana ayahnya memukulnya dan perlahan cairan bening itu turun dari matanya.

Ia menikmati bubur itu sembari menahan isak tangisnya, sungguh rasanya sangat tidak enak saat makan sambil menangis.

Wira yang melihat Jeno makan bersamaan dengan tangis tanpa suara itu langsung merebut mangkuk berisi bubur itu dan meminta Jeno untuk menghentikan acara makannya.

"Saya tau rasanya makan sambil nangis, kalau kamu mau nangis, nangis dulu."

Air mata Jeno turun semakin banyak, namun wajah itu masih datar menatap kearah depan.

"Jeno capek bang, gak mau nangis lagi tapi kenapa air matanya keluar terus ya?"

"Hati kamu sakit, Jen. Itu yang buat kamu nangis, jangan dipendam kalau sedih, gak baik buat kesehatan kamu."

"Emang ayah peduli sama kesehatan Jeno bang? Ayah cuma peduli sama nilai, masa depan, harus ikutin jejak Bang Jaevir. Gimana kalau Jeno punya penyakit mental?"

"Jen kamu ngomong apa sih? Gak boleh ngomong kayak gitu!"

Jeno hanya tersenyum, ia menghapus kasar air matanya dan kembali merebut mangkuk bubur itu dari tangan Wira.

Ia memakan bubur itu dengan buru-buru, membuat Wira tidak tau harus berbuat apa. Ia hanya bisa mengingatkan Jeno untuk tidak terlalu buru-buru saat makan.

Ephemeral [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang