"Menyerah? Kata yang paling mudah dikeluarkan, namun setelahnya hanya akan datang penyesalan."
Hi, hello, annyeong, selamat membaca✨
-√-
-
Gelap masih mendominasi malam yang hanya ditemani oleh cahaya dari bulan, sedangkan bintang yang ada di langit hilang entah kemana.
Ditengah kegelapan, terlihat seorang remaja yang tergeletak lemah di dekat pohon besar dengan keadaan yang sangat berantakan.
Uhuk..uhuk..
Perlahan manik cokelat milik Jeno terbuka dan hal pertama yang ia lihat hanyalah langit yang terhalang oleh banyaknya pohon besar. Ia ingin menggerakkan tubuhnya namun saat itu juga ia merasakan sakit yang teramat pada seluruh tubuhnya.
"Sshh..sakit banget badan gue, remuk gak ya?" monolognya sambil kembali memejamkan matanya untuk menahan sakit.
Akhirnya Jeno mencoba untuk bangun dan menyandarkan tubuhnya di pohon besar yang ada di sampingnya itu. Tangan tergerak untuk menyentuh keningnya yang mengeluarkan darah, tidak hanya di keningnya saja, lengan serta kakinya juga penuh luka dan juga memar.
Jeno memijat kepalanya yang mulai terasa pusing bersamaan dengan rasa sakit yang menjalar ke seluruh tubuhnya, namun ia tidak boleh berakhir disini dengan sia-sia.
Namun tiba-tiba tubuh itu menegang kala mengingat apa yang membuatnya jatuh kesini dan ia baru sadar bahwa disini kondisi sekitarnya lebih gelap daripada sebelumnya.
Jeno mencoba untuk tenang dan tidak memikirkan hal yang aneh-aneh, karena yang harus ia pikirkan sekarang adalah cara bagaimana ia harus naik ke atas.
Merasa pusingnya sudah mereda, ia mencoba untuk berdiri sambil berpegangan pada pohon besar itu, keseimbangannya hampir hilang namun ia kembali menyeimbangkannya dan akhirnya berhasil untuk sekedar berdiri.
"Gimana caranya gue naik.."
Jeno melihat ada tali yang panjang di arah tanjakan ke atas itu, ia mencoba meraihnya dan berharap dengan tali itu ia bisa menarik dirinya keatas. Namun naasnya itu bukanlah tali, melainkan ranting" yang menempel di tanah.
Akhirnya saat menarik ranting itu, Jeno kembali tersungkur kebelakang dan membuat punggungnya membentur keras pohon besar di belakangnya.
"Argh..ya ampun gue bego banget sih! Bisa naik kagak, nambah luka iya."
Jeno menyerah, ia memilih untuk kembali duduk sambil menunggu hari sedikit lebih terang barulah ia bisa menemukan cara untuk naik keatas sana.
"Nyusahin banget sih hidup gue, kalau temen-temen gue pada khawatir gimana ya? Eh, emang mereka peduli? Hahaha."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ephemeral [TERBIT]
FanfictionEphemeral, waktu yang begitu singkat dan semua yang ada didunia tidak lah kekal. Sosok remaja ini akan membawa kalian pada kerasnya hidup juga rasanya kehilangan kasih sayang. "Seburuk apapun Ayah dimata orang banyak, Jeno gak akan pernah benci sama...