39. Hampir menyerah

3.7K 483 92
                                    

"Sedikit lagi Jeno bisa pergi dengan tenang, namun banyak yang kembali menarik dan menahan Jeno di dunia kejam ini."

Ramein komen hayukk buat menghibur author, selamat membaca yaa✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ramein komen hayukk buat menghibur author, selamat membaca yaa✨

-√-

-

Dapur rumah Johnny kini tengah penuh dengan bahan makanan yang baru saja tadi pagi di beli oleh Bi Ima. Bi Ima baru mau mulai memasak siang karena tadi pagi semua orang rumah memilih untuk sarapan mie instant karena sedang sibuk

"Hai Bibi cantik, ada yang bisa Satya bantu?"

Bi Ima tersenyum ke arah Satya, "Emang aden mau bantu apa?"

"Ih jangan panggil aden, Bi. Panggil Satya, Satya yang paling ganteng sejagad raya."

"Yaudah, kamu mau bantu apa, Sat?"

Satya mengelus dadanya perlahan, dia tahu kalau Bi Ima sekarang sedang bercanda namun entah kenapa hatinya sakit mendengar Bi Ima memanggilnya seperti itu. Ditambah lagi Marven yang tiba-tiba tertawa dengan sangat keras, mungkin saja anak itu mendengar pembicaraannya dengan Bi Ima.

"Panggil Satya, Bi. Yakali manggilnya cuma Sat gitu?"

"Lho kan biar hemat bicara dong."

"Ihh Bibi mah.."

"Astaga Bang, terima aja lah kan emang nama lo gitu. Gak salah dong dipanggil Sat atau Bang Sat."

"Kurang ajar lo, gue lempar pake semangka benjol ya."

Dengan cepat Marven membuat banyak jarak dari Satya untuk menghindar jika tiba-tiba anak itu benar-benar gila dan melemparinya dengan semangka. Ingin sekali Marven memakan semangka itu namun yang terbaik sekarang hanyalah menghindar terlebih dahulu.

Akhirnya Satya menghabiskan beberapa menitnya untuk membantu Bi Ima memotong semangka, sedangkan Marven sedang asik menonton TV membuat Satya sedikit geram dan akhirnya melempar anak itu dengan biji semangka.

"Papa pulang."

"Ahh John sayang sudah pulang, kok tumben cepet?"

Saat Satya memeluknya, Johnny mendekap erat anak itu karena sangat gemas kala mendengarnya kembali memanggil Johnny dengan namanya.

"Hehe iya, Papa pulang cepet karena dikasih libur katanya. Lumayan buat istirahat."

"Jangan capek-capek, Pa." Suara Marven didengar Johnny dan dibalas dengan acungan jempol dan senyuman lebar.

"Pa..uhuk..uhuk..buset dah kenceng banget meluknya. Lepas dulu gak bisa napas!!"

"Hehe siapa suruh kurang ajar hm?"

"Ampun bos ampun dah, lepasin dulu ini anaknya mati nanti."

"Ck mulut kamu!"

Akhirnya Johnny melepas pelukannya dan mengacak rambut Satya, setelahnya ia beralih menuju tempat Marven sedang duduk sekarang. Pandangannya kini tengah bergerak kesana kemari kala melihat ada yang kurang diantara mereka.

Ephemeral [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang