"Jika bisa memilih, kita pasti memilih hidup bahagia dengan tawa, dari pada hidup menyembunyi dibalik tawa yang ternyata penuh luka."
"Hidup udah susah, jangan dibuat tambah susah, nanti ribet."-Wira
-√-
-
Malam masih panjang, bulan masih bersinar namun beberapa bintang sudah tidak terlihat berkilauan di langit malam.
Disaat yang sama, Wira dan Edric sedang menikmati malam dan duduk bersama di atap rumah milik Dirga.
Jangan ditanya ini ide siapa, sudah pasti Wira.
Mereka duduk bersama menghabiskan malam di sana dan menunggu pagi kembali datang.
"Dric, gue bingung deh."
"Bingung kenapa?"
"Bingung aja sama tuan kita, kagak ada yang bener gitu. Ya mereka baik sih, tapi sulit ketebak orangnya.
Edric menjitak kepala Wira, "Mulut lo tuh sehari gak julidin Tuan Dirga gak bisa ya? Heran gue demen banget julid."
Wira meringis sambil mengelus kepalanya, "Lo tuh didepan mereka udah kayak es batu, kalo didepan gue bisa kayak gini. Si Jaevir sampe bilang lo dingin kayak kulkas tau gak."
"T-tuan muda Jaevir bilang gitu?"
"Dulu waktu dia masih kecil, lagian disini ngapain lo manggil pake tuan-tuan gitu sih? Santai aja lah."
Mendengar perkataan Wira, Edric hanya bisa diam sambil tersenyum simpul. Wira adalah satu-satunya teman yang selalu ada untuknya, walau sekilas melihat Wira membuatnya naik pitam, jika tidak ada anak itu ia juga merasa kesepian.
"Wir."
"Hah? Apaan?"
"Makasih."
"Kesambet apaan lo tiba-tiba bilang makasih? Bikin gue deg-deg an aja. Jangan mati dulu Dric."
Edric kembali menjitak kepala Wira, "Sialan, siapa bilang gue mau mati?"
"Lha tuh make bilang makasih segala, kan gue cuma lihat kemungkinan terburuknya aja."
"Bego. Gue cuma pengen bilang aja tiba-tiba.."
Wira tertawa, "Lo gak perlu bilang makasih, udah dari lama gue sama-samain soalnya."
"Hah? Maksud lo?"
"Kalo lo bilang makasih, orang jawab apa?"
"Sama-sama."
"Nah yaudah, sebelum lo bilang makasih sama gue, udah gue sama-sama in dari dulu."
"Gak tau lah Wir, ngomong sama lo bikin gue jadi gila."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ephemeral [TERBIT]
FanficEphemeral, waktu yang begitu singkat dan semua yang ada didunia tidak lah kekal. Sosok remaja ini akan membawa kalian pada kerasnya hidup juga rasanya kehilangan kasih sayang. "Seburuk apapun Ayah dimata orang banyak, Jeno gak akan pernah benci sama...