14. Tidak sendirian

4.3K 722 222
                                    

"Sejauh apapun kamu mengira bahwa kamu hidup sendiri, percayalah bahwa masih banyak orang yang peduli denganmu diluar sana tanpa kamu ketahui."

Part ini bisa nembus 100 komen? Aminn✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Part ini bisa nembus 100 komen? Aminn✨

~Happy Reading~

-√-

-

Hari ini sama dengan hari-hari sebelumnya, dimana Jeno harus bangun lebih awal untuk kembali berangkat ke sekolah.

Panas. Itulah yang ia rasakan saat bangun dan menyentuh dahinya sendiri. Tapi ia tidak bisa bermalas-malasan karena hari ini kembali ada ulangan, yaitu ulangan kimia.

Ia mendudukkan tubuhnya di pinggir kasur sambil sesekali memijat pelipisnya. Ia memegang meja disamping tempat tidurnya dan mencoba berdiri tapi semua kembali terlihat gelap dan tubuh nya kembali limbung begitu saja.

"Hati-hati Jen."

Jeno membuka matanya dan ia bingung kenapa Wira bisa ada di kamarnya, padahal sedari tadi ia tidak melihat ada yang membuka pintu kamarnya.

Apa dia hanya berhalusinasi?

Wira membantu Jeno berdiri dan menyuruh remaja itu untuk kembali duduk di kasurnya.

"Maaf kalau kamu kaget saya ada disini. Kemarin kamu tiba-tiba pingsan di ruang keluarga dan saya menemani kamu disini dari tadi malam."

Jeno tersenyum, "Bang Jaevir tau?"

"Jaevir tau, tapi dia minta saya yang menjaga kamu. Dia bilang dia lagi sibuk."

Senyum Jeno kembali luntur dan semua pikiran buruk kembali merasuki kepalanya. Semua perkataan Bara seakan-akan berasa menjadi satu kenyataan.

Jeno memejamkan matanya dan menghela nafas kasar, "Bang, kalau Bang Jaevir benci Jeno gimana? Kalau abang jadi kayak ayah gimana.."

Wira menggelengkan kepalanya, "Enggak bakal Jen, Tuan Dirga sebenernya sayang sama kamu, percaya sama saya."

"Jeno gak bisa percaya sama siapa-siapa lagi, semua yang Jeno percaya juga lama-lama jadi berkhianat."

"Jen denger saya, kalau pun sampai satu dunia benci sama kamu, saya selalu jadi yang terdepan buat lindungi kamu. Jadi kamu gak boleh ngerasa sendirian, karena ada saya."

Mendengar perkataan Wira membuat hatinya sedikit tenang, setidaknya masih ada yang peduli dengannya.

Bahkan kepedulian Wira jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan Jaevir yang notabennya adalah kakaknya sendiri.

"Duduk disamping Jeno aja bang, jangan berlutut gitu. Kayak lagi berlutut di depan putri aja."

"Kan kamu putrinya."

Ephemeral [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang