31. Pahlawannya telah pergi

4K 586 268
                                    

"Untuk pertama kalinya, aku merasakan kehilangan sosok yang telah menjadi setengah dari nyawaku dan kepergiannya telah membuat hatiku semakin mati."

Mungkin part ini bisa sedih, atau sebaliknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mungkin part ini bisa sedih, atau sebaliknya. Karena banyak perpisahan didalam sini✨

🎶James Arthur-Train Wreck🎶

-√-

-

Sekolah telah selesai, kini semua siswa bisa pulang ke rumah masing-masing dengan tenang namun tetap saja dihantui oleh banyaknya tugas yang harus mereka kerjakan di rumah nanti. Beberapa dari mereka ada yang langsung pulang ke rumah namun ada juga yang melanjutkan kegiatan ekstra masing-masing.

Aven dan Keenan sudah pulang sedari tadi dan kini hanya tersisa Jeno, Nean, Candra, dan Saka yang sedang duduk di kantin sekolah sambil menunggu jemputan masing-masing.

"Gue pusing banget anjir, soal-soal fisika tadi lo paham gak sih? Gue gak paham apa-apa asli!"

Saka memutar bola matanya malas saat mendengar Candra yang kembali mengoceh, "Gimana lo mau paham kalo tiap kelas fisika aja lo tidur."

"Lah gue tanya sama lo, yang ngasih kita banyak tugas sampe kita harus begadang siapa?"

"Gurulah, yakali malaikat maut."

"Asu, yaudah lo tau sekarang alasan gue suka tidur di kelas."

"Makanya kalo ada tugas dicicil, jangan sks."

Candra mengernyitkan dahinya, "Hah? Sks? Senjata?"

"Sistem kebut semalam bego."

"Oh, ya suka-suka gue lah! Lo mau ngerjain tugas gue hah?!"

"Ck si kunyuk gue ngasih nasehat malah marah-marah."

Jeno dan Nean hanya bisa tertawa dan menggelengkan kepala mereka, rasanya setiap hari mereka sudah kenyang dengan perdebatan kedua remaja itu.

Kini kesunyian mendominasi kantin tempat mereka duduk, menyisakan suara angin yang berlarian diantara mereka bersamaan dengan daun-daun yang dibawa lari bersama angin.

"Oi Jen, kaki lo udah sembuh total kan?" tanya Candra memecah keheningan.

"Udah Can, gue udah gapapa."

"Baguslah, kalau lo gak ada di sekolah rasanya sepi banget, gak ada yang bisa gue ganggu di kelas. Yakali gue gangguin monster di kelas."

Saka menjitak keras kepala Candra membuat remaja itu berteriak kesakitan bersamaan dengan Nean yang kaget hingga makanan yang baru saja ingin ia masukkan ke dalam mulut jatuh begitu saja ke lantai.

Nean mengelus dadanya pelan, berusaha untuk sabar dan memaklumi tingkah Candra.

"Siapa yang lo bilang monster?!"

Ephemeral [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang