Kalau sudah bochen dunia serasa milik berdua, yang lain cuma numpang.
♡-Happy Reading-♡
Siang ini Dito berkumpul dengan anak-anak Alaster di markas kebanggaan mereka, meskipun rasanya tak lengkap jika 3 temannya tidak turut hadir. Kurang lebih 1 tahun enam serangkai itu tidak lagi bersama, terkadang merindukan semua kenangan yang mereka lakukan. Mulai dari memakan mie di warung Babeh, membuat konten toktak di perpustakaan sekolah saat masa SMA, serta menggelar konser tunggal kala bosan melanda. Dito dan Sandi sukarela menjadi biduan tanpa saweran.
Meskipun Ganda sudah tidak menjabat sebagai ketua Alaster, berkunjung ke markas tetaplah rutin, sekadar berbagi cerita dan informasi tertentu. Entah, sifat cowok bermata sipit itu berubah drastis. Dulu ia sering memainkan hati perempuan, cuek, dan sinis, tapi sekarang semu berbeda. Selepas putus dengan Diva tempo lalu, Ganda tidak lagi berniat mencari pacar, jika ditanya alasannya, cowok itu membalas dengan cengiran lebar yang sangat menyebalkan.
"Gue ganteng nggak, sih?" tanya Arka sembari mengedipkan mata menggoda.
"Ar, sini lo deketan. Gue gemes mau betot lo sampai meronta-ronta," Dito menunjukkan kuku-kukunya yang panjang, bersiap menggarap Arka habis-habisan.
"Buset, gue cuma nanya, tinggal jawab aja!" cibir Arka tak terima, ia menggeser posisi duduknya agar tidak terkena amukan Dito yang berkepanjangan.
"Di antara kita nggak ada yang jelek, kecuali Toto, soalnya dia produk tanpa bismillah." tegas Ganda kian memojokkan Dito yang tidak tau menahu. Bila urusan menyakiti hati teman, serahkan kepada Ganda, terutama Rasta.
Dito melempar kulit kuaci ke sembarang arah. "Gue lagi yang kena, sialan!" murkanya.
"Kenapa, ya? Umur gue udah 19 tahun, tapi belum ada cewek yang mau dibawa ke rumah." gumam Arka seraya menopang dagu, air mukanya berubah kebingungan.
"Mau lo apain, anjir? Mending di hotel, ketahuan Mami Yaya lo suruh habisin kue gosongnya." balas Ganda menasehati, kurang dari 3 detik ia langsung mendapatkan sentilan manis di keningnya.
"Otaknya konten 18 plus mulu. Maksud Arka Azhari Nareswara yang mirip Jaemin enciti gini, gue mau ajak cewek ke rumah buat dikenalin ke ortu." terang Arka menghilangkan pikiran bulan gosong teman-temannya yang berakhlak minus.
"Dijah selalu stay 24/7 buat dikenalin ke mertua," Dito tertawa geli kala Arka merasa tertekan mendengar nama terlarang itu kembali disebutkan.
Arka merentangkan tangannya, mendekatkan jari telunjuk ke bibir serta tatapan setajam silet. "DIAM! Jangan sebut nama terlarang itu lagi di depan gue. To, Gan, gue masih berada di jalan yang lurus, tolong percaya sama gue." lirih Arka mendramatisir keadaan.
Sungguh, Arka sudah lelah dijodoh-jodohkan dengan Dijah sejak SMA, awalnya semua ini candaan Sandi yang terlalu kelewat batas. Dulu saat kelas 10, mereka tengah bermain kena-jaga di lapangan basket, kebetulan saat itu Dijah dan pasukan Yellow-nya tengah lewat, tiba-tiba saja Sandi mendorong tubuhnya hingga jatuh ke pelukan cowok bertubuh gempal dengan seragam pas badan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEGITIGA SEMBARANG [SELESAI]
Jugendliteratur[Follow emak dulu, baru lanjut baca] _________________________________________ "Megiska cantik, kali ini gue nggak bohong, lo emang cantik kalau dilihat dari ruas-ruas jari." "Nggak usah muji kalau dihempasin lagi," "Kalau terima jadi pacar gue, l...