Semenjak ada kata baper, mereka jadi lupa pentingnya dan bagaimana cara meminta maaf.
♡-Happy Reading-♡
"Kak, mau ke mana?" tanya Megi sopan kepada Kakak tingkat yang jalan beriringan dengannya.
Jelas Megi mengingatnya sebab Kakak tingkat bernama Erlan itu adalah wakil ketua himpunan ilmu administrasi dan pernah menjadi panitia ospek saat dirinya masih menjadi Maba. Walaupun ada rasa canggung, apalagi ini kali pertama mereka berbincang empat mata.
"Mau ke ruang himpunan sebentar, lo sendiri?" Erlan balik bertanya. Ia tipikal orang yang ramah pada siapapun.
"Saya mau pulang," jawab Megi mendekap map plastik yang berisi kumpulan kertas-kertas serta satu buah buku paket tebal.
"Oh, udah selesai kelas ternyata," Erlan menukas, berdeham singkat mencairkan suasana. "Lo nggak ada niat buat daftar himpunan?" tanyanya.
Megi terdiam. Sejak SMA ia sudah terkenal malas mengikuti ekstrakurikuler, itu pun hanya pramuka karena termasuk ekstrakurikuler wajib yang mempengaruhi nilai dan kenaikan kelas. Mengikuti himpunan rasanya cukup berat dan menyita waktu panjang.
"Em... belum kepikiran sih, apalagi jadi anggota himpunan super sibuk, takut nggak bisa bagi waktu." tutur Megi terkesan menolak tawaran Kakak tingkatnya.
"Yah, sayang banget, padahal lo bisa banyak belajar dari sana," balas Erlan sebisa mungkin menarik perhatian Megi, barangkali cewek itu mau merubah pola pikirnya.
"Iya, Kak. Tapi nanti saya kabarin lagi, kali aja temen saya juga mau ikut."
"Gue tunggu kabar baiknya," Erlan mengulurkan handphonenya ke hadapan Adik tingkatnya. "Tulis nomor telepon lo." titah Erlan menyadari perubahan raut wajah Megi yang kebingungan.
Sudut bibir Megi tertarik. Cewek berambut dark brown itu menggerakan jari-jemarinya di atas layar handphone, mengetikan dengan rinci nomor teleponnya yang selalu diingat. Megi memberikan handphone itu pada pemiliknya selepas menyimpan kontaknya.
"Thanks, lo—" pungkas Erlan.
Belum sempat Erlan meneruskan perkataannya, ia tersentak saat tubuhnya di tubruk dari belakang dan sebuah tangan merangkul bahunya dengan cengkraman kecil. Sontak Megi dan Erlan menolehkan kepala bersamaan.
Pupil mata keduanya melebar. Kehadiran cowok berkulit eksotis cukup membuatnya terkejut, sedangkan cowok itu berusaha tak acuh dengan cengiran lebar yang menghiasi wajah tampannya.
"Halo, mas bro," sapanya sok akrab.
Megi menyingkirkan tangan yang melingkari bahunya. Ia bersidekap menahan rasa kesal dan amarah yang meletup-letup. Jarak antara fakultas ilmu administrasi dengan fakultas ekonomi itu cukup jauh, tetapi musuh bebuyutannya itu selalu mampir ke fakultasnya untuk mengganggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEGITIGA SEMBARANG [SELESAI]
Novela Juvenil[Follow emak dulu, baru lanjut baca] _________________________________________ "Megiska cantik, kali ini gue nggak bohong, lo emang cantik kalau dilihat dari ruas-ruas jari." "Nggak usah muji kalau dihempasin lagi," "Kalau terima jadi pacar gue, l...