Semua orang punya rencana hidup masing-masing, berhenti untuk membuat mereka tertekan dengan keegoisanmu.
♡-Happy Reading-♡
Manik hitam itu berkaca-kaca. Setetes air mata turun membasahi pipi hingga dagu, lalu terjun bebas begitu saja. Mengeratkan pegangannya pada selembar kertas foto. Senyum itu hadir, walau harus dipaksakan dan terkesan miris jika dilihat secara langsung.
Kejadian malang itu sudah terjadi sejak 4 tahun yang lalu, lebih tepatnya saat dirinya masih menduduki kelas 9 SMP, tapi rasa kehilangan belum sepenuhnya pulih atau mungkin tidak akan pernah.
Kepergian Dira nyatanya meninggalkan luka yang amat dalam bagi Dito. Bahkan untuk mengikhlaskan rasanya sulit. Dira, cewek berwajah cantik yang pintar dan jarang berbicara ataupun mengeluh, tetapi Dira juga cewek malang yang memilih mengakhiri hidupnya dengan tragis.
Kelopak mata Dito terpejam, penyesalan itu hadir, seolah-olah ia adalah orang yang patut disalahkan.
Malam itu, bagaikan mimpi buruk yang selalu menghantuinya. Dito yang memilih bermain futsal daripada mengantarkan Dira pulang sehabis kerja kelompok di rumah temannya. Malam itu juga Dira merasakan kepahitan dan kekejaman mereka-orang-orang tak waras yang menganggapnya mainan, sekalipun sampah.
Dito mengusap sudut matanya yang berair. Mengambil benda pipih yang berada di meja belajarnya. Fokus Dito teralihkan pada layar handphone yang memperlihatkan foto cewek cantik dengan wajah galaknya. Entah mengapa, setiap melihat cewek itu hatinya menghangat.
Megiska Thanira-musuh bebuyutannya sejak kelas 11 SMA. Seringkali dijuluki Tom and Jerry dengan Rasta, tetapi Dito juga memiliki partner lain, siapa lagi kalau bukan Megi orangnya.
Bukan tanpa alasan ia selalu mengganggu Megi di mana pun cewek itu berada. Julukan 'jelek' mungkin sudah kebal ditelinga Megi, sehingga cewek itu tidak pernah memasukan ke hati serta menganggap perkataan Dito adalah omong kosong.
Namun, ada satu hal yang membuat Dito tidak bisa berjauhan dengan Megi. Sebab wajah cewek itu mirip dengan Dira, bahkan sangat mirip sekali dan susah dibedakan, seakan-akan mereka adalah kembar identik yang terpisahkan oleh ruang dan waktu.
"Kenapa gue selalu anggap lo itu Dira, Gi?" tanya Dito mengusap layar handphonenya dengan tangan bergetar.
Perbedaan yang paling menonjol di antara keduanya. Dira mempunyai sifat pendiam, sedangkan Megi banyak tingkah dan sangat galak, terutama padanya. Tapi, tetap saja Dito selalu menganggap mereka adalah orang yang sama.
Selama ini ia selalu berusaha di dekat Megi bukan karena menyukai Megi, tapi lebih ke arah menjaga Megi yang dianggap sebagai Dira. Sialnya, Dito baru mengenal Megi di kelas 11, itu pun sebab mereka sekelas. Respon pertama mereka bertemu adalah keterkejutan.
Bodohnya Dito sempat berpikir jika Dira bangkit dari kubur hanya untuknya. Oke, lupakan pemikiran bocah SD pada otak kosong Dito yang sebentar lagi masuk dalam masa expired.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEGITIGA SEMBARANG [SELESAI]
Ficção Adolescente[Follow emak dulu, baru lanjut baca] _________________________________________ "Megiska cantik, kali ini gue nggak bohong, lo emang cantik kalau dilihat dari ruas-ruas jari." "Nggak usah muji kalau dihempasin lagi," "Kalau terima jadi pacar gue, l...