20. PASAL CITA-CITA

297 63 193
                                    

Berani berbuat, berani bertanggung jawab.

✨-Happy Reading-✨

"Mang!" teriak Dito dari jarak 3 meter.

Langkah Dito terhenti tepat di samping gerobak berwarna biru cerah yang selalu mangkal di pinggir lapangan futsal setiap sorenya. Sang pedagang paruh baya yang mengenakan topi terbalik menolehkan kepala, tersenyum cerah mendapati keberadaan pelanggan setianya. Jangan salah paham, setia menambah akun catatan hutang dibagian kredit jurnal umum.

"Iya, Bosque?" balas pedagang kaki lima yang memiliki nama keren Robert Samsudin, bahkan sampai memberikan panggilan spesial untuk Dito karena keakraban mereka.

"Mie ayam satu," ujar Dito seraya mendudukkan bokongnya di kursi plastik yang sudah disediakan.

Mang Robert mengehentikan kegiatannya mengaduk-aduk kuah kaldu. "Kalau itu mah, Mamang nggak jual." kata Mang Robert dengan logat Sunda yang cukup kental.

"Terus lo jual apa, Mang?" tanya Dito kebingungan, ia menyatukan kedua tangannya yang bertopang di meja kayu.

"Bakso melahirkan atuh."

Sudah jelas-jelas di kaca bagian depan gerobak tertulis jelas BAKSO MELAHIRKAN ALA MANG ROBERT. Ditulis menggunakan capslok, ukuran 3 kali lipat lebih besar, serta bercetak tebal. Tapi, setiap kali berkunjung, Dito selalu memesan makanan yang jelas-jelas tidak dijual olehnya, beruntung Mang Robert sudah terlatih selama bertahun-tahun dalam menghadapi orang-orang kelainan.

"Di sesar atau normal?" Dito bertanya lagi, ia tampak semangat mendengarkan jawaban Mang Robert yang berhasil membuat perut kram.

"Di dukun, Bosque." jawab Mang Robert asal.

"Ngelawak mulu, udah tua juga, Mang." cibir Dito memalingkan wajah ke arah lain. Keadaan lapangan futsal sepi, biasanya dipenuhi oleh anak-anak SD yang sok jagoan.

"Walaupun udah tua bangka, mata masih bisa lirik janda kembang sana-sini, Bos." timpal Mang Robert diakhiri kekehan kecil.

Dito mengacungkan jempol ke udara lalu mengetuk-ngetuk meja dengan ujung jarinya. "Cakep, pertahankan terus. Pulang-pulang disunat 2 kali sama ketiga bini lo." ucap Dito kian menakut-nakuti.

Di usianya yang sudah tidak muda lagi, Mang Robert memiliki 3 orang istri dengan jarak usia yang berbeda. Namun, Mang Robert tidak pernah insaf, bahkan berniat untuk mencari kandidat cewek yang memenuhi syarat dan kriteria untuk dijadikan istri keempat. Padahal kalau diamati secara seksama oleh Dito, tidak ada yang terlihat menarik dari pria paruh baya itu, tetapi peletnya cukup ampuh membuat anak gadis menjerit-jerit.

"Jangan atuh, nanti abis." cicit Mang Robert mengambil mangkuk bercap ayam jago yang sebelumnya sudah ia cuci.

"Ya, udah, gue pesan semangkuk. Kuahnya banyakin, terutama baksonya harus segede basketball. Terus sambelnya jangan banyak-banyak, gue sakit perut tanggung jawab lo, Mang. Terakhir, nggak pake kecap sama saus." terang Dito dengan satu tarikan napas, pesanannya cukup lengkap dan tidak boleh ada yang sampai terlewati sedikitpun.

SEGITIGA SEMBARANG [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang