Bismillah, thanks udah baca sampai sini.
✨-Happy Reading-✨
Semilir angin menerpa wajah Megi yang tidak tertutupi kaca helm, ia duduk diam dalam boncengan motor sport yang ditunggangi oleh Dito. Selesai mata kuliah, tiba-tiba cowok itu sudah menunggunya di parkiran fakultas ilmu administrasi. Kini Megi sama sekali tidak tau ke mana tujuan mereka, sudah sekitar 20 menit, tapi tak kunjung sampai tempat tujuan.
Megi tertunduk, menyingkirkan sejumput anak rambut yang menghalangi indra penglihatannya, meskipun usahanya sia-sia karena tiupan angin. Sebelum itu, mereka sempat mampir ke salah satu toko bunga langganan Dito, bahkan salah satu pelayan sudah menyiapkan buket bunga mawar yang didominasi oleh mawar putih dengan bau harum menyengat.
Timbul rasa penasaran serta banyak pertanyaan dalam benaknya, namun tidak mampu Megi utarakan dan memilih untuk diam. Laju motor mulai melamban, memasuki kawasan sepi yang jarang dilalui oleh kendaraan lain. Megi mulai was-was, ia memperhatikan sekelilingnya dengan air muka panik, tapi tak mungkin juga Dito berani berbuat macam-macam padanya sebab terkena cubitannya saja cowok berkulit tan itu langsung mendrama.
Citt.
Helm yang mereka kenakan saling bertubrukan, seketika Megi meringis karena Dito mengerem secara mendadak. Sial, saat ingin melayangkan tinjuan manis, Dito sudah turun dari motor dengan raut wajah se polos bayi yang baru lahir, belum lagi cengiran lebar tanpa dosa semakin membuat Megi ingin memukulnya dengan buket bunga yang sedari tadi ia pegang.
"Gimana? Udah keren belum? Mirip Valentino Rossi versi jaman zigot 'kan?" tanya Dito dengan tingkat kepedean serta kepercayaan super tinggi.
"Lo lebih mirip orang sawan!" cibir Megi pedas, ia melepaskan helm bogo itu lalu sengaja menaruhnya di aspal.
Kelakuan Megi dan Dito itu memang tidak jauh berbeda, punya otak tapi jarang digunakan, sekadar menjadi pajangan agar lebih terawat dan tetap mulus. Dito mendengus sebal, mengambil helm bogo yang sempat dipakai Megi untuk melindungi kepalanya. Bisa-bisanya Dito mengenal Megi, padahal cewek itu terlalu menyebalkan.
"Buset, kejamnya mulut netizen," Dito melepaskan helm dari kepala lalu menaruhnya di kaca spion. "Gi, lo admin lambe turah, ya? Boleh kali ajak Lisa jadi partner lo, soalnya itu jadi cita-cita mulianya dia." ucap Dito terkikik geli.
"Bentar, L-lisa Adik lo yang bernasib mengenaskan?" tanya Megi kebingungan sembari menggaruk-garuk kepalanya.
Dito berdeham singkat, mengambil alih buket bunga dari tangan Megi. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, cowok itu berjalan lebih dulu meninggalkan Megi yang masih bergelut dengan nalarnya. Megi mendengus sebal, berlari mengikuti langkah Dito yang sudah tertinggal cukup jauh, cewek berambut ombre itu tersadar jika berada di kawasan pemakaman umum.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEGITIGA SEMBARANG [SELESAI]
Ficção Adolescente[Follow emak dulu, baru lanjut baca] _________________________________________ "Megiska cantik, kali ini gue nggak bohong, lo emang cantik kalau dilihat dari ruas-ruas jari." "Nggak usah muji kalau dihempasin lagi," "Kalau terima jadi pacar gue, l...