7. MEETING IMMEDIATELY

459 87 193
                                    

Permainan Tuhan tidak ada yang tau, semua bisa terjadi saat sang pencipta sudah berkehendak.

Permainan Tuhan tidak ada yang tau, semua bisa terjadi saat sang pencipta sudah berkehendak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Happy Reading-

"Gi, tunggu dulu dong. Lo mau ke mana, sih?!" teriak Maudy pada temannya yang berjarak lumayan jauh darinya.

Namun, pertanyaan itu tidak ditanggapi. Megi hanya menghentikan langkah, terlihat gelisah dengan keringat yang bercucuran. Maudy mengerutkan dahi, berlari menghampiri temannya itu dengan raut wajah penuh tanda tanya.

"Buru-buru banget, kenapa?" tanya Maudy kebingungan.

"Tugas klipingan dari Pak Guntur ketinggalan di rumah!" jawab Megi sambil menyeka keringat yang membanjiri dahinya.

"Santai aja kali, dia ada kelas siang," ucap Maudy mencoba mengalihkan rasa panik Megi, tapi nyatanya tak berhasil.

Megi mendengus kesal. "Jarak ke rumah gue itu jauh, Dy. Sumpah gue ceroboh banget."

Lima menit sebelum kelas pagi selesai Megi baru teringat jika tugasnya itu tertinggal. Kalau tidak dikumpulkan hari ini bisa mengancam nilainya selama satu semester ini. Megi tidak mau mendapatkan nilai yang buruk, ia sudah berjanji pada dirinya sendiri.

"Emang nggak boleh besok? Paling lambat kapan, sih? Gue lupa." tanya Maudy dengan mata menyipit, dekapannya pada tas laptop dieratkan.

"Siang ini, anjir. Lo belum ngerjain?" Megi balik bertanya. Harapannya hanya satu, Maudy lupa mengerjakan sehingga ia masih ada teman saat dosen memarahinya.

Sudut bibir Maudy tertarik lebar. "Udah dong. Kemarin ditemenin mas pacar lewat telepon," ujar Maudy memamerkan kemesraannya.

"Dih, bucin sekarat!" ejek Megi sembari bergidik.

"Jomblo diem deh," balas Maudy ketus. Telunjuknya di arahkan ke bibir, seolah-olah meminta Megi untuk diam tak bersuara.

"Eh, gue bukan jomblo, tapi single menawan." tutur Megi tidak mau kalah dalam berdebat.

"Sama aja kali, sama-sama sendiri, nggak ada gandengan." Maudy mencibir dengan lirikan tajam.

"Sadar diri, Dy. Nih, lo punya pacar, tapi ldr. Kalau mau gandengan gimana? Pake jasa JNE dulu?" tanya Megi seraya menaik-turunkan alisnya bergantian.

Detik ke detik tidak ada respon. Hembusan nafas kasar yang bersumber dari Maudy membuat Megi tertawa. Lihat, untuk kali ini ia yang menang, buktinya Maudy tak bisa membalas sedikitpun.

"Kasian banget pejuang ldr, semoga Rasta nggak punya pawang lagi di Jogja." ucap Megi menahan tawa, kemudian menepuk-nepuk bahu Maudy dengan gerakan kasar.

"Gi, itu sama aja lo doa supaya Rasta punya selir lagi di sana!" sahut Maudy menahan rasa kesal yang meletup-letup dalam benaknya.

"Siapa bilang begitu? Gue doa biar mata dia nggak jelalatan kayak si Ganda sama Arka."

SEGITIGA SEMBARANG [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang