46. MAKNA LAGU

262 59 34
                                    

Terlalu sering bercanda sampai ungkapan rasa cinta gue juga lo anggap candaan?

Terlalu sering bercanda sampai ungkapan rasa cinta gue juga lo anggap candaan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✨-Happy Reading-✨

Belajar dari pengalaman serial sinetron di televisi Indonesia. Panggilan dari pihak mertua sebuah bencana kecil. Dito belum siap mental, sehabis shalat ashar gerakan kilat langsung rapi-rapi, doanya biarkan dipending dahulu. Takutnya malaikat menimang-nimang, amalan yang baru diperbuat dimasukkan ke catatan pahala atau ditunda sejenak. Ujung telunjuknya digigit, menetralkan debaran jantungnya yang berlari maraton memutari gurun Sahara. Panik kian melanda, seperti kejadian 2 bulan lalu di mana Bu Asih menagih keseluruhan hutangnya yang telah menumpuk sampai ratusan ribu.

Tadinya Dito berniat membawa martabak, tapi takut martabaknya kalah saing, soalnya si pembeli jauh lebih manis. Bercanda. Sekitar 1 jam Dito terpaku di depan layar laptop, browsing web sana-sini demi menemukan buah tangan yang cocok dibawa ke rumah Megi. Namun, kali ini Dewi Fortuna sedang tidak berpihak padanya sebab rekening bank kosong sehabis membayar kost serta urunan membeli peralatan untuk tugas kelompok. Mungkin hari ini ia hanya bawa diri, tapi 5 tahun ke depan pasti membawa orang tua dan cincin berlian.

Pantulan sinar matahari melewati spion motor. Sang pemilik terpaku, memastikan tak ada yang salah, baik dari segi penampilan ataupun wajah tampan mahakarya Tuhan. Dito mendongak, mengangkat tangannya tinggi-tinggi diikuti kelopak matanya yang terpejam. Lantunan ayat suci terdengar selama 1 menit. Merapalkan doa itu penting sebelum melaksanakan kegiatan, meskipun tidak jauh-jauh dari surat Al-fatihah karena sering didengar juga hapal di luar kepala.

"Sip, ganteng," Rambut hitam legamnya di sugar ke belakang, menggosok telapak tangan sedingin es guna memberikan kehangatan. "Jangan sampe ada agensi yang lihat gue, belum siap jual tanda tangan." ujar Dito over percaya diri.

Dito beranjak turun dari motor sport yang ditunggangi, menarik napasnya dalam-dalam lalu mengembuskan perlahan. Harus rileks, itu yang utama. Sejujurnya memang Dito yang terlalu lebay, padahal cuma berbincang biasa sekaligus main, seolah-olah akan mengikuti tes masuk neraka jalur VVIP. Tapi, untuk kali ini kesannya berbeda, selepas memutuskan hubungan dare secara sepihak, Dito tak pernah lagi bertemu dengan Om Pandu karena kesibukannya di dunia kerja.

"Gantiin Pak Cakra jadi security, Dit?"

Suara bariton menginterupsi, cepat-cepat Dito menolehkan kepala, baru memutar badannya yang terasa agak kaku. Senyum canggung ikut menyertai. Di hadapannya— Saka berdiri tegak sembari bersidekap dengan baju santainya. Dito berjalan mendekat ke halaman rumah, memasukkan tangannya ke kantong jaket ripped jeans, bergaya cool nan menawan. Seringkali bertemu tak membuat Dito terbiasa akan tatapan tajam yang dilayangkan oleh Saka, terlebih kesan terakhir kali yang kurang mengenakkan untuk dikenang.

SEGITIGA SEMBARANG [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang