45. WHY??

247 57 55
                                    

✨-Happy Reading-✨

Gemerlap temaram lampu kamar merubah suasana menjadi kian sunyi. Tak banyak kegiatan yang dilakukan oleh Megi. Sehabis membersihkan tubuh, kaki jenjangnya mendekat pada kasur king size, memposisikan diri senyaman mungkin sembari memeluk boneka santet yang pernah Dito berikan sebagai sogokan agar memaafkan kesalahannya yang kelewat fatal. Jikalau dilihat-lihat, sebenarnya boneka ini tak terlalu seram, terkesan lucu dan menyebalkan dalam waktu bersamaan.

Bosan, tidak ada kegiatan yang biasa ia lakukan. Tugas-tugas dari dosen telah diselesaikan kemarin sore, membaca tumpukan novel pun ia tak tertarik. Bibirnya mengerucut, merubah posisi dari berbaring menjadi telungkup, lalu duduk bersandar sambil merentangkan tangan ke atas. Megi memperhatikan seksama boneka santet tersebut, melemparnya ke sembarang arah. Bisa-bisanya ia menyimpan boneka dengan kesan mistis, bahkan Ibu yang tak sengaja menemukan ditumpukkan bajunya berteriak histeris macam pasien rumah sakit jiwa yang baru saja dibebaskan.

"Jangan sampe gue bakar rumah karena gabut," celetuk Megi mengelilingi pandangan, mencari-cari barang yang dapat dimainkan.

Bibirnya menyunggingkan senyum. Semula kaki yang terlipat di atas kasur beranjak turun, menapak pada lantai keramik yang dingin sebab terlalu lama terkena AC. Yakin, tagihan listrik bulan ini pasti bertambah cukup drastis, apalagi Megi belum sempat mematikan pendingin ruangan dari kemarin malam. Gitar coklat di sela-sela lemari diambil, mendudukkan bokongnya di karpet berbulu. Jari-jari lentiknya bergerak ke bawah, amat lincah kala memetik senar gitar sehingga menghasilkan intro yang merdu ditangkap oleh indra pendengaran.

Megi hanya bisa memakai gitar, bukan berarti jago dalam bidangnya. Berawal dari iseng-iseng saat melihat Bang Saka tampil di acara pensi tahunan sewaktu SMA, entah mengapa ia mulai tertarik, memaksa Abang satu-satunya itu agar mau mengajarkan sampai mahir. Tentu Saka tak langsung meng'iyakan, berbagai alasan terlontar, menakut-nakuti supaya Adiknya berubah pikiran. Atas bujukan Ayah, akhirnya Saka menyetujui, itu pun harus diberi ancaman kecil nan menakutkan.

Kata pujangga
Cinta itu luka yang tertunda
Walau awalnya selalu indah
Bila bukan jodohnya
Siap-siap 'tuk terluka ...

Cinta? Sudah tidak asing di telinga bukan? Terlalu banyak kata dalam penggambarannya. Perumpamaan, jantung berdebar-debar, seperti ada ribuan kupu-kupu yang menggelitik perut, dan perasaan bahagia yang meletup-letup sekedar melihat seseorang disukai dari kejauhan.

Lebih baik bangun cinta
Daripada jatuh cinta
Jatuh itu sakit
Bangun itu semangat ...

Lebih baik bangun cinta
Daripada jatuh cinta
Meski tak mudah
Namun cinta
Jadi punya tujuan ...

Apa perbedaan jatuh cinta dengan bangun cinta? Jatuh cinta sangat mudah, pertemuan pertama pun terkadang langsung dapat merasakannya. Mengapa jatuh cinta bisa mudah? Karena cinta itu buta, bisu, dan tuli terhadap segala kekurangan pasangan sendiri. Bangun cinta malah sebaliknya, perlu waktu lama atau seumur hidup. Cinta bukan lagi bermodalkan mulut manis, melainkan berbentuk itikad baik memahami konflik dan bersama-sama mencari solusi yang dapat diterima oleh semua pihak.

Kata pujangga
Bangun cinta itu tak semudah
Tak secepat hati jatuh cinta
Namun bila jodohnya
Kita pasti bahagia ...

Perkara jodoh, pernah terbesit dalam benak Megi. Bagaimanakah rupa cowok yang akan memimpin rumah tangganya di masa depan? Sekarang tengah apa? Bisa saja calon imam-nya itu tak pernah absen mangkal dipertigaan jalan setiap malamnya, sering ditemani cabe-cabean yang imut-imut minta di ruqyah. Atau mungkin calon imam-nya sibuk ngesot dari pulau Sabang sampai Merauke, mencari tanda-tanda keberadaan jodohnya yang sampai kini belum terlihat. Pikiran Megi terlalu jauh, bisa-bisa ia mati muda karena penasaran.

SEGITIGA SEMBARANG [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang