29. KELUH-KESAH

251 56 31
                                    

Gue mau bebasin, biar dia bisa kejar kebahagiaannya

Gue mau bebasin, biar dia bisa kejar kebahagiaannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✨-Happy Reading-✨

Kelas siang berlangsung selama 3 jam lamanya, tetapi sangat disayangkan sebab dosen yang bertugas mengajar belum berniat untuk menyelesaikan dengan penutup, membebaskan seluruh mahasiswa-mahasiswi beranjak dari kursinya, bergerombol keluar kelas dihiasi senyuman lega. Dosen wanita—berkisaran umur 43 tahun itu sedang menjelaskan berbagai materi penting yang tentunya berhubungan dengan fiskal, setiap untaian kata yang meluncur bebas dari belah bibirnya membuat siapapun yang mendengar memijat pelipis. Benar-benar memusingkan.

Maudy menguap lebar, menepuk-nepuk bibirnya seraya memejamkan mata. Semenjak mengenal dunia perkuliahan, ia tidak pernah tidur siang karena jadwal yang begitu padat. Saat bulan menjemput, menggantikan tugas sang surya, jangan harap bisa mengistirahatkan tubuh lebih awal karena tumpukan tugas menunggu untuk disentuh. Untungnya pagi tadi tidak ada kelas, setidaknya Maudy bisa berleha-leha di kasur king size empuknya lebih lama.

"Ssst ..."

Desis panjang Maudy itu mendapatkan respon baik. Cewek berambut ombre yang duduk di kursi sebelahnya menolehkan kepala sekilas, mengangkat sebelah alisnya seakan-akan bertanya ada apa? Namun, fokusnya masih tertuju pada dosen yang berdiri di depan kelas. Megi termasuk mahasiswi berprestasi di kelasnya, bahkan desas-desus jika Megi akan masuk dalam list pertukaran pelajar ke luar negeri, tetapi kebenarannya itu masih dirahasiakan dan belum ada info tambahan.

"Capek nggak?" tanya Maudy menopang dagu, matanya terasa begitu berat.

"Ngantuk lebih tepatnya," bisik Megi, tatapannya tetap lurus ke depan agar sang dosen tidak memergoki.

Hening sejenak, Megi melirik Maudy dengan ekor matanya, memperhatikan gerak-gerik temannya itu dengan perasaan curiga. Hembusan napasnya terdengar, Megi merenggangkan otot tangan juga leher. Melanjutkan kegiatannya menyimak penjelasan dosen di depan, sesekali menggerakkan bolpoin di tangannya, mencatat istilah-istilah penting ke setiap lembaran kertas agar memudahkannya mempelajari secara ulang saat tidak ada kegiatan.

"Maaf, Bu," Maudy mengangkat sebelah tangannya ke udara, seluruh pusat mata langsung tertuju padanya. Termasuk Megi yang merasa was-was sebab temannya itu tipe orang yang nekat.

"Ya, kenapa?" tanya dosen tersebut, nada bicaranya sangat lembut.

"Jam kelas siang sudah selesai sejak 20 menit yang lalu, Bu." ujar Maudy sambil menunjuk jam dinding yang menunjukkan pukul 16.21 WIB.

Sontak dosen wanita itu ikut melihat ke arah jam dinding, pupil matanya melebar
"Ah, maaf-maaf, terima kasih sudah mengingatkan." ringisnya tak enak hati.

Seluruh mahasiswa-mahasiswi di dalam kelas tampak memaklumi, ini bukan kali pertama, mungkin terhitung 3 atau 4 kali pertemuan mengalami hal yang sama. Benda pipih di dalam tas Maudy tidak henti-hentinya bergetar, cewek berambut hitam kecoklatan itu mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kelas kemudian memberikan kiss jarak jauh. Sudah pasti notif tersebut berasal dari grup, mereka berbondong-bondong mengucapkan terima kasih atas kebaikan hati Maudy yang dengan berani meminta dosen untuk menyudahi kelas siang.

SEGITIGA SEMBARANG [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang