12. BERKUNJUNG KE RUMAH MERTUA

445 75 164
                                    

♡-Happy Reading-♡

"Gi, cepet sarapan, ditungguin juga!" ujar Saka sembari berkacak pinggang.

Saka mengetuk pintu cokelat itu tak sabaran, ia memutar bola matanya jengah saat belum juga mendapatkan tanggapan dari dalam kamar Adiknya. Cowok itu memutar gagang, alhasil pintu langsung terbuka lebar sebab Megi tidak menguncinya.

Pandangan Saka mengedar ke sekeliling kamar, mencari-cari keberadaan Megi. Pupilnya kian melebar ketika melihat rambut menjuntai dari kolong ranjang kasur. Saka meneguk salivanya, bulu kuduknya pun kini meremang. Tidak mungkin pagi-pagi buta hantu menampakan wujudnya.

Tungkai kaki Saka melemas kala sosok di bawah kolong ranjang itu merayap keluar dengan gerakan lamban, kukunya panjang tanpa pewarna. Sebagian wajahnya tertutupi rambut. Hantu di jaman modern, bahkan rambutnya tidak hitam kusut, melainkan ombre dengan warna dark brown.

Detik-detik sosok itu memperlihatkan wajahnya. Saka melangkah mundur, membanting pintu kamar Adiknya dan berlari keluar seraya berteriak keras.

"DI KAMAR MEGI ADA TANTE KUNTI MODERN!!"

Refleks Megi mengangkat kepalanya karena terkejut sehingga membentur pinggiran ranjang besi. Megi meringis, menyingkirkan helai rambutnya yang tergerai ke belakang telinga.

"Mana hantunya?" tanya Megi kebingungan, tangannya bergerak mengusap-usap bagian ubun-ubun.

Dengan hati-hati Megi keluar dari kolong ranjang, merubah posisinya menjadi duduk dengan kaki yang tertekuk. Megi mendengus, hampir 5 menit ia mencari flashdisk di bawah sana, tapi sampai saat ini tidak kunjung ditemukan, padahal file-file tugasnya harus di print dan dikumpulkan Minggu depan.

Megi berdiri, melenggang mendekati meja belajarnya yang berisi tumpukan buku tersusun rapi. Megi memasukan beberapa buku paket dan pulpen biru, tidak lupa dengan tumpukan kertas kuis yang pernah ia kerjakan serta sudah mendapatkan nilai walaupun hasilnya masih kurang memuaskan.

Senin ini Megi hanya ada kelas siang karena dosen yang mengajar berhalangan hadir. Megi memoleskan liptint warna peach pada bibirnya yang pucat, mengambil ikat rambut dari laci. Belakangan ini Megi merasa risih jika rambutnya digerai, bahkan cewek itu berniat untuk memotongnya hingga sepundak.

Megi melangkahkan kakinya keluar dari kamar, menuruni satu per satu anak tangga dengan senyuman lebar untuk mengawali paginya. Semua kursi yang melingkari meja makan terisi, menyisakan dua kursi yang posisinya berada di samping Ibu dan Bang Saka.

"Selamat pagi!" sapa Megi riang.

"Pagi juga, Megi." balas Mbak Kana-istri sah Abangnya. Mereka sudah menikah dari satu tahun yang lalu, tapi belum juga dikaruniai seorang anak.

"Tadi di kamar lo ada Kunti, Gi!" ucap Saka melaporkan kejadian menyeramkan yang sempat terjadi.

"Hah? Lo ngelindur? Perasaan di kamar gue nggak ada apa-apa," sahut Megi sembari menaruh tote bag-nya bersandar pada kursi.

Saka menatap manik hitam Adiknya, berupaya meyakinkan. "Ada Megi! Dia muncul dari bawah kolong, gue nggak mau bangunin elo lagi, merinding." cicit Saka mengusap-usap tengkuknya.

"OH... ITU GUE, AHAHAHA!" Megi tergelak, cewek itu terlihat bahagia di bawah penderitaan Abangnya. "Gitu aja takut." cibir Megi meremehkan.

"Kampret! Lo ngapain, sih?" tanya Saka sebal. Meskipun sudah memiliki istri, tetapi sifat Saka pada Adiknya tidak berubah, bukan bertambah dewasa malah mereka lebih sering ribut karena hal-hal kecil.

"Cari flashdisk, tapi tetep nggak ketemu." jawab Megi frustasi kembali mengingat-ingat terakhir kali menaruh benda kecil itu, sayang sekali ia tipe orang yang pelupa.

SEGITIGA SEMBARANG [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang