Selagi makan, Farhan yang baru saja dari rumah sakit ikut duduk di meja makan. Ia menatap Anya yang sedang menikmati bubur.
"Apa kamu masih merasakan sakit?" Farhan duduk di depan Anya, tersenyum dengan hangat.
"Paman siapa?"
Dipanggil Paman, senyum Farhan hancur. Ia berkata dengan cemberut. "Gadis kecil, aku lebih muda dari Ayahmu. Aku baru berumur 30 tahun, jangan memanggilku Paman. Aku bahkan belum menikah."
Anya ingin memberitahu bahwa mereka berjarak 14 tahun namun Anya tetap mengangguk. "Kakak?"
Farhan tersenyum. "Baiklah, panggil aku Kakak."
Jeremy yang duduk di samping Anya hanya bisa menatap Farhan dengan pandangan aneh. Lupakan, lagi pula itu hanyalah sebuah panggilan.
"Jadi, Kakak ini siapa?" tanya Anya lagi.
"Dia Dokter yang memeriksamu saat kamu pingsan tadi." jelas Jeremy.
Anya mengangguk. "Terima kasih, Dokter." katanya tulus.
"Tidak perlu sopan. Aku dan Ayahmu adalah teman sejak kecil, kami sudah seperti kakak adik."
"Baiklah." Anya tersenyum. "Aku sudah merasa jauh lebih baik. Obat yang Kakak resepkan sangat manjur."
"Syukurlah." Farhan menatap bubur yang sedang dimakan oleh Anya. Ia berteriak ke dapur. "Ibu, apa tidak ada makanan?"
Bi Asri datang dari dapur, membersihkan tangannya yang basah. "Jangan berteriak di dapur." tegur Bi Asri pada Farhan.
Jeremy dan Anya menatap keduanya, Bi Asri tersenyum. "Ini Putra, Bibi. Meskipun tidak terlihat pintar tapi dia seorang dokter."
Farhan cemberut. "Aku akan membeli makanan di luar saja." seru Farhan. "Jika ada apa-apa, aku tinggal di sebelah. Mampirlah saat kamu sudah sembuh."
Anya mengangguk.
"Bibi, kapan Ayah pulang?"
"Tuan biasanya pulang pukul enam, kalau di kantor ada banyak pekerjaan biasanya Tuan tidak pulang."
Anya mendengarkan.
Setelah makan malam, Anya menunggu Kenzie pulang di ruang tamu namun Kenzie masih belum kembali. Mata Anya terasa sangat berat karena efek samping dari obat yang dimakannya.
"Nona dan Tuan Muda, sudah malam, Bibi akan mengantar ke kamar." kata Bi Asri.
Jeremy mengangguk. Anya mengikuti dengan cemberut. Di dalam kamarnya, Anya berbaring menatap langit-langit kamar yang ditempeli stiker bintang. Anya tidak ingin memejamkan mata. Mimpi buruk itu akan kembali menghantuinya lagi, ia sudah bertemu sang Ayah, mimpi itu tidak terlalu diperlukan lagi.
Mata Anya tertutup sedetik dan Anya segera membuka matanya lagi. Tertutup. Terbuka. Anya melirik jam, baru sepuluh menit berlalu.
Anya bangkit dari ranjang dan berjalan keluar. Ia menatap kamar Jeremy yang ada di samping kamarnya. Anya tidak ingin mengganggu Jeremy, seharian ini ia sudah merepotkan Jeremy dari sejak ia terbangun dari mimpi buruk, perjalanan menuju Ibukota hingga menjaganya saat sakit. Jeremy pasti sangat lelah, biarkan Jeremy beristirahat lebih banyak.
Anya berjalan ke lantai satu, mungkin susu hangat bisa membantunya tidur nyenyak. Kenzie yang baru pulang kerja, melihat Anya yang turun dari tangga.
Anya tersenyum, matanya berbinar cerah menatap Kenzie. "Ayah, selamat datang."
Kenzie mengangguk, saat berdiri di depan Anya, ia menyadari bahwa gadis itu hanya setinggi dadanya. Kenzie memutuskan untuk memikirkan pertumbuhan si kembar.
"Tidak tidur?"
"Aku ingin minum susu hangat sebelum tidur. Aku akan membuatkannya untuk Ayah juga." Anya berseru senang lalu berlari ke dapur untuk menyiapkan dua susu hangat.
Kenzie duduk di sofa, rasanya sangat alami. Gadis itu membuat suasana seperti kehidupan sehari-hari, menyapa, berbicara, seperti setiap malam mereka akan saling berinteraksi seperti ini. Tidak ada perasaan canggung. Kenzie baru bertemu Anya hari ini dan mendengar kata 'Ayah' diucapkan oleh Anya, Kenzie benar-benar merasa seperti seorang Ayah yang harus mempedulikan pendidikan anaknya.
Kenzie tertawa kecil.
Membuat susu hangat tidak butuh waktu lama, Anya membawa dua gelas dengan asap yang mengepul. Ia memberikan salah satu gelas pada Kenzie. "Ini Ayah."
Anya duduk di kursi satunya, di samping kanan Kenzie. Ia menyesap susu hangatnya dalam tenang. Senang di dalam hatinya.
Kenzie selesai menghabiskan susu hangat miliknya, Anya pun sudah selesai.
"Pergilah tidur."
Anya mengangguk, berdiri dari duduknya sembari membawa kedua gelas di tangannya untuk ditaruh di dapur nanti.
"Ayah, selamat malam."
Kenzie tersenyum tipis. "Selamat malam."
2 Januari 2021
.
Hehee
.
Red
KAMU SEDANG MEMBACA
DAN (END) - SEGERA TERBIT
Teen FictionDILARANG PLAGIAT!!!! BOLEH SUKA TAPI KALAU SAMPAI COPY PASTE, UBAH NAMA ATAU INTINYA PLAGIAT! INGAT, ITU DOSA!!!! JIKA KALIAN MENEMUKAN PLAGIAT TOLONG BERITAHU. TERIMA KASIH . . . Anya Kirania Pratista mendapatkan ingatan masa depan lewat sebuah mi...