Jeremy memandangi Anya yang sangat serius. Kata 'Ayah' yang tidak pernah mereka sebutkan sejak kematian sang Bunda, mendengar lagi kata itu ternyata terasa sangat asing. Anya dan Jeremy tidak pernah sekali pun melihat sang Ayah, wajahnya, usianya, alamatnya, tidak pernah ada sekali pun sang Bunda memberitahu mereka bahkan hingga napas terakhir sang Bunda. Dan sekarang, setelah 11 tahun, Anya mengucapkan bahwa ia tahu keberadaan sang Ayah, Jeremy sangat terkejut di dalam hatinya.
Anya meneteskan air mata. "Kak, aku tidak ingin tinggal di sini. Aku ingin bersama Ayah, ayo kita pergi."
"Kamu masih sakit. Kita akan mengunjungi Ayah saat kamu sembuh." kata Jeremy pelan. Membantu Adiknya mengusap air mata, sepertinya demam membuat Anya menjadi aktif menangis.
Anya menggelengkan kepalanya. Percuma. Air mata tidak mempan dengan Jeremy. Anya segera mengganti strategi, ia menarik ujung bajunya sedikit memperlihatkan perut yang membiru. Anya kemudian berbalik badan, punggungnya yang putih penuh bercak biru.
"Ini semua luka yang aku dapatkan dari Paman. Bibi bahkan tidak memberiku makan, Kak. Kecuali nasi bungkus yang Kakak berikan, aku sama sekali tidak makan." kata Anya jujur.
Tangan Jeremy bergetar, jarinya yang ingin menyentuh kulit lebam Anya berhenti di udara. Jeremy tidak tahu luka ini. Di sekolah, Anya akan belajar bersamanya. Setelah itu, Jeremy bekerja sementara Anya kembali ke rumah. Saat Jeremy selesai bekerja itu sudah pukul sebelas malam dan Anya sudah tertidur. Jeremy tidak tahu bahwa Anya akan menderita seperti ini.
Jeremy pikir Adiknya hidup nyaman di rumah setidaknya ia tidak perlu menghabiskan waktu untuk bekerja keras seperti dirinya.
Jeremy merasa gagal sebagai seorang kakak.
"Maaf, Kakak tidak tahu." Suara Jeremy bergetar. Ia menahan emosi untuk keluar. Mereka hanya bisa saling bergantung satu sama lain, sebagai kakak, Jeremy tidak boleh lemah. Ia tidak boleh menangis di depan Anya. "Apa sangat sakit?"
"Sakit." Anya mengangguk, tidak menutupi sama sekali. "Karena itu, ayo kita pergi menemui Ayah, ya?"
"... Baiklah." putus Jeremy pada akhirnya.
Lagi pula, tidak mungkin Jeremy meninggalkan Adiknya untuk tinggal di rumah Paman setelah mengetahui kebenarannya. Tapi, sang Ayah pun belum bisa dipercaya. Sudah 16 tahun berlalu, selama itu tidak ada Ayah yang mencari mereka, bukankah artinya orang itu tidak menginginkan mereka?
Jeremy diam-diam memutuskan untuk mencari pekerjaan paruh waktu lebih banyak. Bahkan jika itu artinya ia harus putus sekolah untuk menafkahi Adiknya.
Mendapati persetujuan Jeremy, Anya tersenyum bahagia. "Kak, cepat bersiap-siap. Tidak perlu membawa banyak barang, cukup barang yang penting saja."
Jeremy mengangguk, ia mengusap pucuk kepala Anya. "Tidurlah untuk beberapa jam. Kakak akan menyiapkan barang kita dan kita akan pergi pukul tiga pagi."
Anya mengangguk. Berbaring untuk kembali tidur. Jeremy membasahi handuk dengan air hangat yang dibawanya, menaruhnya di dahi Anya dan kemudian mulai bersiap.
Jeremy menyiapkan beberapa helai baju, berkas-berkas seperti akte kelahiran, ijazah dan beberapa hal yang menurutnya penting. Tak lupa, Jeremy mengambil uang yang disimpannya.
Melihat arlojinya, pukul 2 lewat 45 menit. Jeremy kembali membangunkan Anya. Gadis itu mengerutkan kening dalam tidurnya.
"Anya." panggil Jeremy.
Anya terbangun karena panggilan Jeremy, saat memejamkan mata mimpi buruk itu kembali terulang. Anya tersenyum menyembunyikan perasaan buruk di dalam hatinya.
"Sudah saatnya?"
Jeremy mengangguk, ia memakaikan jaket tebal ke Anya. Membantu Adiknya berjalan dan membawanya keluar dari rumah. Kamar yang mereka tinggali, sebelumnya adalah sebuah gudang, dekat dengan pintu belakang. Di jam tiga pagi, orang rumah juga masih tertidur. Ini memudahkan Jeremy dan Anya untuk melarikan diri.
Jalanan di pagi buta sangat sepi. Cuacanya masih dingin karena hujan baru saja berhenti. Jeremy berulang kali menanyakan kondisi Anya, ia masih khawatir untuk melarikan diri saat Anya masih sakit seperti ini.
"Kak, aku baik-baik saja. Ini hanya sedikit dingin."
"Baiklah."
26 Desember 2020
.
Mmm
.
Red
KAMU SEDANG MEMBACA
DAN (END) - SEGERA TERBIT
Ficção AdolescenteDILARANG PLAGIAT!!!! BOLEH SUKA TAPI KALAU SAMPAI COPY PASTE, UBAH NAMA ATAU INTINYA PLAGIAT! INGAT, ITU DOSA!!!! JIKA KALIAN MENEMUKAN PLAGIAT TOLONG BERITAHU. TERIMA KASIH . . . Anya Kirania Pratista mendapatkan ingatan masa depan lewat sebuah mi...