18. Teman

15.9K 2.5K 21
                                    

"Semuanya duduk dengan tenang." Ibu Seruni mengetuk meja guru sehingga perhatian semua murid kelas 10 IPA 5 terfokus padanya. "Hari ini kelas kita kedatangan dua murid baru. Silakan masuk."

Jeremy masuk terlebih dahulu, disusul Anya di belakangnya yang masih setia memegang sebuah apel. Anya tersenyum lebar, ia menatap Aksa yang duduk di belakang dekat jendela. Anya semakin semangat dibuatnya. Ia sekelas dengan perinya!

Para siswi menatap Jeremy dengan intens sementara para siswa menatap Anya. Jeremy memandangi siswa yang menatap saudarinya dengan tidak senang. Ia berdiri lebih dekat ke arah Anya, menutupi setengah tubuh Anya.

"Perkenalkan diri kalian." seru Ibu Seruni.

"Jeremy Kirania Pratista." kata Jeremy masih menatap para siswa dengan tatapan jengkel.

Anya mengangkat tangannya. "Halo, perkenalkan namaku, Anya Kirania Pratista." Anya tersenyum manis. "Salam kenal."

Kelas menjadi ramai seketika.

"Apa kalian sepasang kekasih?" tanya Malik sambil mengangkat tangannya. Pipinya memerah setelah melihat senyum Anya.

Wondi yang duduk di sebelah Malik, memukul kepala Malik pelan. "Nama mereka sama. Mereka pasti saudara."

Anya membenarkan. "Kami saudara kembar."

Qeira mengangkat tangannya. "Jeremy, apa kamu punya pacar?"

Yang lain menyoraki Qeira begitu saja.

"Sudah. Sudah. Jeremy dan Anya, kalian bisa duduk di kursi kosong yang ada di belakang."

Jeremy dan Anya mengangguk. Anya berjalan sedikit lebih cepat, ia segera duduk di samping Aksa sebelum Jeremy mendudukinya. Jeremy menatap Anya yang tersenyum riang, ia menatap saudarinya penuh curiga.

Satu kursi kosong lainnya berada di depan kursi yang Anya duduki. Jeremy mau tidak mau duduk di kursi itu. Teman sebangku Jeremy sepertinya gadis yang pendiam. Sedari tadi, gadis itu menundukkan kepalanya.

Ibu Seruni memulai pelajaran. Anya menatap Aksa yang sedang memandang keluar jendela. Anya menaruh apel yang dipegangnya sedari tadi dan memberikannya pada Aksa. Anya mendekat sedikit. "Ini apel yang ada di pohonmu. Aku memetiknya untukmu." bisik Anya pelan agar suaranya tidak terdengar yang lain selain Aksa. "Aku sudah memakannya satu dan ini apel terenak yang pernah aku makan."

Aksa mengabaikan Anya dan terus menatap keluar. Anya terus saja berbicara. "Syukurlah kita sekelas, aku sangat senang saat mengetahuinya." Anya menatap Aksa, menghela napas. "Kamu jarang berbicara ya, Aksa." keluh Anya.

Meski tidak merespon perkataan Anya, Aksa masih mendengarkan semuanya. Mendengar keluhan Anya, bibir Aksa mengerut. Semuanya sama saja. Pada akhirnya, Anya pun akan menjauhi dirinya seperti yang lain.

"Kita teman yang sangat cocok!" Anya menepuk punggung Aksa begitu saja. "Mari berteman dengan akrab."

Mata Aksa bergerak. Aksa masih menatap jendela namun matanya menatap pantulan wajah Anya secara diam-diam.

Anya menatap ke depan. Anya sadar bahwa Aksa sangatlah tertutup dan susah untuk didekati. Anya menjadi lebih bersemangat. Ia akan menunjukkan pada Aksa bahwa dunia ini tidak begitu menyakitkan hingga ia harus bunuh diri. Masih ada teman yang peduli padanya.

Anya akan menyelamatkan Aksa. Seperti mimpi buruk yang menyelamatkan dirinya dari masa depan yang begitu mengerikan. Aksa juga akan lepas dari akhir yang menyedihkan. Anya pastikan itu.

.
.
.

14 Januari 2021

.

Aku sibuk tapi sebenarnya tidak juga. Hanya tidak ada waktu untuk menulis😂

.

Red

DAN (END) - SEGERA TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang