68. Hamster

10.7K 1.7K 234
                                    

Sisi lapangan yang digunakan untuk menonton pertandingan sangatlah ramai. Aksa berdiri di pojokan yang cukup jauh dari keramaian.

Matanya bergerak untuk mencari sosok temannya.

Salah satu penonton berdiri dari duduknya, sekali lihat pun, Aksa tahu bahwa itu Anya.

Matanya mengekori setiap pergerakan Anya, sebelum kemudian berganti ketika seorang pemain basket mulai bergerak mendekati Anya secara diam-diam.

Aksa menatap keduanya dengan heran.

Kakinya bergerak tanpa ia sadari.

Aksa melihat bahwa Anya masuk ke dalam toilet, lelaki yang mengikuti Anya terlihat seperti ingin melakukan hal yang sama. Ia terlihat sangat mencurigakan dengan melihat-lihat sekitar.

Kening Aksa berkerut, bukankah itu toilet perempuan?

Aksa sadar bahwa ada yang salah di sini.

Anya sedang dalam bahaya! Itu yang Aksa pikirkan.

Tangan Derren menyentuh ganggang toilet.

"Derren, pelatih mencarimu!" Derren menghentikan tangannya. Ia memaki kecil akan suara yang mengganggu.

"Aku akan menyusul!"

"Tidak bisa. Pelatih memintamu sekarang juga."

Derren menarik kaus temannya itu. "Kamu tidak mendengarku?!"

Saat perhatian lelaki itu tersita dengan kehadiran salah seorang timnya, Aksa mencuri kesempatan dengan masuk ke dalam toilet di mana pintu toilet terbuka.

Aksa tidak tahu apa yang sedang ia lakukan saat ini. Ia benar-benar tidak tahu.

Bukankah dirinya terlihat lebih mencurigakan?

Aksa mengunci pintu toilet sehingga lelaki di luar tidak bisa masuk ke dalam.

Aksa dapat merasakan Anya di antara kedua lengannya.

Suara di luar masih terdengar, Anya membuka mulutnya untuk berteriak namun tangan Aksa bergerak dengan cepat untuk membungkam Anya.

"Diamlah! Ini aku!"

Tubuh Anya menegang setelahnya. Apa Anya takut padanya?

Derren menatap pintu toilet yang masih tertutup. "Aku akan berurusan dengannya lain kali." Kemudian Derren pergi bersama temannya.

"Aksa?" Anya berbisik kecil.

Kepala Aksa sedikit menunduk, matanya bertemu dengan mata Anya yang sedang menatapnya.

Aksa dapat melihat pantulan wajahnya di mata Anya.

Mereka terdiam cukup lama dalam posisi yang bisa membuat salah paham.

Aksa menyadari kesalahannya, melepaskan pelukannya dari Anya. Ia mundur beberapa langkah untuk menjaga jarak.

"Maaf!" ucapnya. "Aku melakukannya tanpa sadar."

Anya berdeham.

Selain terkejut karena dipeluk secara tiba-tiba seperti itu, Anya sama sekali tidak membenci perlakuan Aksa padanya.

Hanya saja, jantungnya berdebar tidak karuan saat ini.

Berdua saja di toilet semakin membuat Anya gugup.

Mengapa lokasi terjadinya hal romantis seperti ini harus di dalam toilet.

Tidak adakah lokasi yang lebih baik?!

"Lupakan itu." Anya menatap Aksa. Ia berkacak pinggang. "Mengapa kamu menahanku untuk keluar?"

Aksa menunduk. Memainkan jari-jemarinya. "Ada yang mengikutimu." jelasnya.

DAN (END) - SEGERA TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang