Jeremy mengusap pucuk kepala Anya sebentar sebelum memperingatkannya. "Berhati-hatilah, lihat kiri kanan sebelum menyeberang jalan." ingatnya untuk ke sekian kalinya.
Entah mengapa, Jeremy tidak berani jika harus meninggalkan Adiknya sendiri lagi. Anya selalu membuatnya cemas.
Anya manyun dibuatnya. "Aku bukan anak kecil lagi, aku tahu cara menyeberang jalan yang benar."
Baik itu Jeremy ataupun Kenzie, keduanya memperlakukan Anya seperti anak kecil. Meski Anya menyukai perhatian keduanya, ia tetaplah seorang gadis berumur 16 tahun.
Setidaknya, ia tahu cara menyeberang jalan!
"Kirimkan pesan jika kamu sudah sampai di rumah."
"Jika ada yang mendengar kita, orang-orang akan mengira aku akan pergi jauh, Kak Jeremy."
Anya menghela napas. Ia hanya ingin pulang ke rumah setelah jam pulang sekolah. Tidak keluyuran kemana pun. Tapi Jeremy mengingatkannya seperti Anya akan melakukan itu.
Yah, rumah Aksa tidak termasuk hitungan.
"Biarkan saja." seru Jeremy tidak banyak peduli. "Aku akan segera pulang setelah selesai berlatih, mungkin akan lebih lama hari ini karena besok hari pertandingan."
"Kakak jangan terlalu memaksakan diri."
"Tidak akan. Lagi pula itu hanya pertandingan sahabat, tidak masalah jika kami kalah."
"Jika ketua basket Kakak mendengarnya, dia akan marah."
"Aku akan memarahinya kembali." Jeremy tertawa kecil. Ia melepaskan pegangannya dari sepeda Anya.
Akhirnya Anya bisa pergi. Jeremy paham bahwa Anya akan melarikan diri seperti terakhir kali supaya tidak perlu mendengarkan peringatannya untuk berhati-hati karena itu sepeda Anya menjadi tahanan selama mereka berbicara.
"Jangan mengebut!"
Anya mulai mengayuh sepedanya. Ia melambaikan tangannya pada Jeremy. "Sampai jumpa di rumah, Kak."
Setelah punggung Anya menghilang, Jeremy berjalan menuju lapangan. Seragam basket Jeremy masih belum selesai dibuat jadi ia hanya mengenakan kaus yang ada di balik seragam sekolahnya. Fathur melihat Jeremy yang berjalan mendekat ke tengah lapangan. Ia menyerahkan sebuah kertas pada Jeremy.
"Ini strategi permainan kita untuk besok. Kamu akan berperan sebagai power forward. Selain aku, kamu adalah yang tertinggi dari pemain yang lain dan melihat otot lenganmu, pelatih memberikan posisi itu. Jaga baik-baik kepercayaan pelatih dan tim, jangan sampai lawan berhasil mencetak poin." jelasnya.
Jeremy mengambil kertas itu dan melihat secara sekilas. Ia menatap Fathur. "Siapa lawan kita?"
"Mereka dari sekolah pinggiran, reputasinya cukup buruk. Kalau bukan karena pelatih mereka, kita harusnya tidak perlu bertanding. Nama-nama pemainnya ada di kertas itu, kamu bisa melihatnya sendiri." jelas Fathur.
Entah menghilang kemana perasaan kesalnya tadi pagi, saat ini Fathur menatap Jeremy dan ia tidak merasa sekesal itu lagi. Jeremy berperilaku cukup baik.
"Meski ini hanya pertandingan sahabat, jangan berpikir untuk tidak serius. Kamu bisa dikeluarkan dari tim jika bermain dengan buruk." lanjutnya.
"Tidak!" Jeremy memegang kertas itu dengan erat. "Kita akan menang besok!"
Jeremy mengembalikan kertas yang sudah diremasnya dengan kuat itu pada Fathur.
Emosinya tiba-tiba saja terpancing melihat daftar nama lawan mereka.
Fathur memperhatikan Jeremy yang jadi bersemangat. Ia mengedikkan bahu. Baguslah jika Jeremy bermain dengan serius.
.
.
.
22 Juni 2021
.
Vote chapter sebelumnya ... Sayangnya, tidak berhasil mencapai 200 vote lagi...
.
Syukurlah, aku jadi tidak perlu double up :v
.
Jika di chapter ini ataupun selanjutnya berhasil mencapai 200 vote sebelum aku update, aku akan double up
.
Semangat meninggalkan bintang
.
Aku tunggu komentar kalian
.
Red
KAMU SEDANG MEMBACA
DAN (END) - SEGERA TERBIT
Ficção AdolescenteDILARANG PLAGIAT!!!! BOLEH SUKA TAPI KALAU SAMPAI COPY PASTE, UBAH NAMA ATAU INTINYA PLAGIAT! INGAT, ITU DOSA!!!! JIKA KALIAN MENEMUKAN PLAGIAT TOLONG BERITAHU. TERIMA KASIH . . . Anya Kirania Pratista mendapatkan ingatan masa depan lewat sebuah mi...