81. Rindu

10.1K 1.7K 56
                                    

Dibandingkan tubuh Aksa yang kurus dan terlihat rapuh, Jeremy yang berada di depannya terlihat sangat kuat.

Jika Anya melihat situasi keduanya, ia pasti akan memarahi Jeremy karena memiliki tubuh yang bisa menakuti anak kecil. Mereka berdua sama-sama tinggi, meski Jeremy memiliki beberapa poin lebih tinggi.

Jeremy terdiam untuk sementara waktu. Sepertinya Jeremy mengerti mengapa Anya terlihat lengket dengan Aksa.

Anya menyukai sesuatu yang indah dan terlihat menggemaskan. Melihat Aksa dengan saksama untuk pertama kalinya, Jeremy yakin bahwa Anya memiliki pemikiran lain untuk Aksa dibandingkan sekadar teman.

Jeremy harus mewaspadai Aksa. Meski begitu, Jeremy masih dengan sopan menjawab pertanyaan yang Aksa ajukan.

"Anya izin sakit hari ini."

"Sakit?!"

Bukan Aksa yang menanyakan ini melainkan Malik. Ia berdiri di samping Aksa dan kebetulan mendengarnya.

Fauzan dan seluruh peserta upacara menatap ke arah Malik yang bersuara sangat nyaring di lapangan yang sunyi. Fauzan menutupi wajahnya sendiri. Sulit sekali menjadi ketua kelas.

"Mohon tenang!" tegur Pak Haris yang sedang membantu merapikan barisan.

Malik menyembunyikan wajahnya dengan menggunakan punggung Wondi yang berdiri di depannya. Jeremy juga menghadap ke depan dengan tertib.

Setelah tidak menjadi pusat perhatian lagi, Malik kembali bertanya pada Jeremy. "Anya sakit?"

Jeremy mengangguk.

Aksa menatap Malik penuh keluhan. Mengapa Malik baru sadar sekarang. Bahkan setelah Aksa meminjamkan buku tugasnya, Aksa masih harus bertanya dengan Jeremy secara langsung.

"Sakit apa?" tanya Malik lagi.

Aksa menghela napas. Lupakan saja. Setidaknya Aksa bisa mendengar kabar Anya dari mulut Jeremy.

Aksa juga penasaran dengan yang Malik tanyakan jadi mari lupakan saja keluhannya.

Jeremy memikirkan jawaban yang tepat. Tidak mungkin Jeremy memberi tahu bahwa Anya mencoba bunuh diri.

Yang ada hanya akan menimbulkan masalah di lingkungan sekolah.

Jeremy tersenyum. "Hanya sakit ringan. Anya akan sembuh dengan cepat."

Aksa mendengarkan. Tidak Aksa kira bahwa tubuh Anya begitu lemah. Padahal Anya selalu terlihat ceria dengan semangat yang tidak pernah padam.

Sejak memutuskan untuk menjadi teman, Aksa perlahan mulai menaruh perhatian pada Anya.

Aksa ingat dengan jelas senyum yang selalu Anya berikan padanya. Ia juga ingat saat di mana Anya menggodanya dengan sengaja.

Saat jarak di antara mereka menghilang dan Aksa dapat mencium aroma tubuh Anya dengan jelas. Telinga Aksa memanas, apa yang baru saja ia pikirkan?!

"Bolehkah aku menjenguknya?"

Pertanyaan yang Malik ajukan membuat Aksa kembali sadar. Perlahan ia menjadi tenang. Aksa menatap Jeremy dengan penuh harap.

Jeremy menatap Malik dan Aksa secara bergantian. Jeremy menghela napas. "Untuk hari ini tidak bisa, Anya membutuhkan istirahat yang cukup. Kalian bisa menjenguknya jika Anya sudah lebih sehat." usai mengatakan itu, Jeremy membalikkan badannya untuk fokus ke upacara bendera yang sudah dimulai.

Malik manyun. "Baiklah." serunya.

Malik tidak kembali bertanya dan memilih diam setelah mendapatkan peringatan dari Fauzan untuk ke sekian kalinya.

DAN (END) - SEGERA TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang