91. Menghapus Jarak Untuk Menjauh

9.8K 1.5K 247
                                    

Anya menarik pita ukurnya. Mulai mengukur satu per satu ukuran tubuh para pemeran, mencatatnya dalam sebuah buku. Tiba giliran Aksa, Anya mengigit bibirnya, ia menarik napas dalam untuk mendekat padanya. "Katakan padaku jika itu tidak nyaman." Aksa mengangguk. Kesempatan emas yang tidak akan pernah terjadi untuk kedua kalinya. Anya harus menikmati setiap detik waktu untuk menempel pada Aksa.

Tangan Anya jatuh pada bahu Aksa dan berhenti di pergelangan tangannya. Sentuhan ujung jarinya di kulit Aksa membuat debaran jantung Anya berpacu lebih cepat. Anya cemas di dalam hatinya, dengan jarak sedekat ini ia khawatir Aksa akan mendengarnya. Anya tetap tersenyum, ia mencoba mempertahankan eskpresi profesionalnya.

Aksa menatap lurus ke arah Anya, ia tidak bergerak dan mendengarkan semua yang Anya minta padanya. Telinganya terasa sangat panas. Begitu pula tengkuk lehernya. Terkadang Aksa mundur sedikit untuk menjaga jarak aman tapi Anya akan segera mengetahuinya dan memintanya untuk mendekat. Aroma tubuh Anya masuk ke dalam penciuman Aksa setiap kali ia menarik napas. Kulitnya merasakan hembusan napas Anya. Aksa mengepalkan kedua tangannya untuk menjaga kesadarannya.

Jeremy memandang keduanya dengan masam. "Anya, ingatlah bahwa guru akan segera masuk. Kamu harus melakukannya dengan cepat." serunya. Hanya Jeremy yang berani bersuara untuk mengusik dunia antara keduanya yang terlihat sangat manis. Baik Anya ataupun Aksa lupa bahwa ada banyak teman sekelas dengan mata yang tertuju pada keduanya.

Anya berdeham. "Selesai." Ia tersenyum, pergi ke arah Dinda untuk menyerahkan catatannya. Aksa kembali duduk di kursinya. Ia mengusap tengkuknya. Membaca kembali buku yang ada di atas meja untuk mengalihkan perhatiannya. Debaran jantung Anya masih tidak tenang, ia berbicara banyak hal pada Dinda untuk mengulur waktu hingga jantungnya kembali tenang untuk duduk di samping Aksa.

Aksa menatap Anya yang masih berbicara dengan Dinda. Ia memegang dada kirinya dan merasakan debaran jantung yang tidak seperti biasanya. Aksa menunduk, ia menyadari bahwa kehadiran Anya memberikan pengaruh padanya. Aksa mulai merasakan keinginan untuk bisa selalu bersamanya, untuk bisa selalu memilikinya dan memberikan semua yang kebahagiaan yang ada di dunia ini sekalipun Aksa hanya memiliki kegelapan. Aksa perlahan mencintainya dan ingin Anya tahu tentang perasaannya tapi sebelum itu ada kebenaran yang harus Aksa ungkapkan.

Anya kembali ke kursinya, ia menyadari bahwa ada yang salah dengan Aksa. Anya melupakan rasa malunya, dia bertanya, "Apa kamu sakit?" Tangan Anya menyentuh dahi Aksa untuk memeriksa suhunya. "Kamu tidak demam."

"Anya apa kamu takut padaku?" tanya Aksa pelan.

Jika Anya tidak memajukan tubuhnya pada Aksa, ia mungkin tidak akan mendengarnya. Anya menggeleng. "Tidak." jawabnya yakin. Anya tersenyum. "Mengapa aku harus takut padamu?"

Aksa melihat senyuman di bibir Anya. Ia berkata dengan ragu. "... Karena aku putra seorang pembunuh." Setelah mengatakan itu Aksa menyesalinya. Ia tidak ingin mendengar jawaban Anya. Aksa masih tidak siap. "Aku ... aku hanya bercanda."

Anya menatap Aksa dengan serius. Ia tahu bahwa Aksa bukan lelaki yang suka bercanda. Perkataannya tentang putra seorang pembunuh pasti memang benar. Anya memperhatikan Aksa yang terlihat gugup dan juga takut. Jika tebakan Anya benar, mungkin hal inilah yang menjadi alasan Aksa menutup dirinya dari yang lain. Lalu ... hal ini juga yang membuatnya bunuh diri di dalam mimpi.

"Aksa, aku ti-"

Sebelum Anya menyelesaikan kata-katanya, pintu kelas terbuka dengan keras. Tubuh Anya menegang karena terkejut. "Siapa yang namanya Jeremy?!" Tono masuk ke dalam kelas dengan emosi marah. Ia mengenakan jas berwarna hitam. Perutnya yang membuncit tercetak dengan jelas bersama kemeja putih yang ia kenakan. Penampilannya terlihat seperti orang kaya namun sikapnya yang menakuti para murid sangatlah buruk. Tono berteriak dengan keras dan membuat beberapa murid ketakutan.

DAN (END) - SEGERA TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang