60. Tidak Boleh!

11.1K 1.8K 71
                                    

"Anya?"

Anya tersentak. Ia menatap asal suara, Kenzie sedang menatapnya yang terdiam.

Anya tersenyum. "Selamat datang, Ayah."

Kenzie mengusap pucuk kepala Anya. "Apa yang kamu pikirkan hingga tidak mendengar meski sudah dipanggil berkali-kali?"

"Hanya beberapa hal." Anya terkekeh.

Kenzie duduk di samping Anya. "Beritahu Ayah, biar Ayah yang menyelesaikannya." seru Kenzie serius.

Anya melihat keseriusan Kenzie, hatinya menjadi lebih tenang dibuatnya. Namun, ini bukan masalah yang ingin ia bagikan pada Kenzie.

Setidaknya untuk sekarang.

Anya masih tidak tahu cara untuk memulainya.

Haruskah ia berkata, 'Aku memimpikan masa depan di mana aku akan diperkosa, disiksa bahkan sampai meninggal semua karena suami dan sepupuku.'

Anya tidak mungkin bisa menceritakan hal ini pada Kenzie ataupun Jeremy.

Hal tersulit saat bercerita adalah memulainya.

"Ayah, Kak Jeremy ada pertandingan basket besok, ayo kita menontonnya bersama."

"Baiklah. Jam berapa pertandingannya?"

"Pertandingan akan dilaksanakan pukul tiga sore. Ayah tidak ada pekerjaan, 'kan?"

Kenzie menggeleng. "Tidak ada. Tapi ada tempat yang harus kita datangi sebelum menonton pertandingan."

"Ke mana?" Anya bertanya dengan semangat. Ia suka jalan-jalan, apalagi jika itu bersama Ayahnya.

"Kita akan ke psikiater."

Anya terdiam setelah mendengarnya. Ia tahu bahwa Kenzie akan melakukan sesuatu setelah melihat keanehannya di mobil.

Sebenarnya, Anya sempat berpikir bahwa Kenzie hanya akan menganggap keanehannya sebagai angin lalu dan melupakannya begitu saja.

Lagi pula hasil tes paternitas masih belum keluar. Ia juga dengan terang-terangan mengatakan keinginannya mencari Kenzie adalah untuk uang.

Tidak ada alasan bagi Kenzie untuk mempercayai saja semua drama keluarga yang Anya buat.

Kenzie melihat Anya yang menjadi diam. "Meski kamu tidak menyukainya, kita tetap harus memeriksakan kondisimu. Ayah khawatir."

"... Baiklah, aku akan pergi jika itu bersama Ayah." Anya memeluk Kenzie. Merasakan kehangatan yang diberikan. Anya dapat merasakan usapan tangan Kenzie di punggungnya. "Aku sangat menyayangi Ayah!"

"Aku tahu."

Anya tertawa kecil. "Seharusnya Ayah membalas 'aku juga menyayangimu' di situasi seperti ini."

Anya melepaskan pelukannya dari Kenzie. "Ayah bau keringat! Ayah harus pergi mandi!" serunya sambil mendorong Kenzie untuk pergi ke kamarnya. Kenzie sama sekali tidak melawan.

Anya pergi ke dapur sambil bersenandung. Anya dan Jeremy hidup dengan baik bersama Kenzie. Banyak orang-orang baik yang mereka temui setelah keluar dari rumah Paman dan Bibi.

Setiap detik yang ia habiskan di sini sangat menyenangkan. Anya menyesal karena sempat berpikir untuk pergi dari rumah.

Jika Kenzie tidak mengusirnya, ia tidak akan pernah pergi dari sini.

///

"Tidak boleh!"

"Tapi ... kenapa?" Anya cemberut menatap Jeremy yang masih bersikukuh pada perkataannya.

Jeremy memegang kedua bahu Anya. "Untuk kali ini saja tidak boleh, Anya." katanya memilih untuk tetap keras kepala.

"Sebelumnya Kakak mengizinkan, kenapa sekarang tidak boleh?"

"Tidak ada alasan. Aku hanya tidak ingin kamu datang ke pertandingan."

"Aku tidak akan mengganggu konsentrasi Kakak."

"Kehadiranmu di sana saja sudah bisa mengganggu konsentrasiku."

Anya mendengus. "Jika Kakak memberikan ku alasan yang cukup logis, aku mungkin akan setuju."

"Aku tidak bisa memberitahumu." Jeremy menghela napas. "Janji padaku bahwa kamu tidak akan menonton pertandingan."

Anya terdiam. Jeremy tidak pernah sekeras ini padanya. Pasti ada alasan yang membuat Jeremy tidak bisa memberitahunya.

Anya tahu itu, tapi melihat sifat keras kepala Jeremy seperti ini membuat Anya semakin keras kepala juga.

"Hm." Anya bergumam tidak jelas.

Jeremy mengambil tas sekolahnya yang ada di sofa, mengusap pucuk kepala Anya dengan sayang. "Aku pergi dulu. Ingat untuk memakan sarapanmu."

Anya mengangguk. Ia mengantar Jeremy sampai di depan rumah. Matahari bahkan belum menampakkan diri, namun Jeremy sudah harus pergi ke sekolah untuk berlatih.

Anya melihat bahwa Jeremy sudah tidak terlihat lagi.

Anya tersenyum. "Maaf Kak Jeremy. Tapi aku tidak pernah berkata bahwa akan menuruti Kakak kali ini."



.

.

.

24 Juni 2021

.

Selamat🎉

.

Kalian berhasil mencapai 150 vote dan 50 komentar di chapter sebelumnya 🎉😉

.

Terima kasih atas kerja keras kalian😘

.

Sebagai hadiah aku akan double update🎉

.

Ini update pertama! Yang kedua akan aku update saat malam🤭

.

Sedikit spoiler, next chapter ada Aksa😉

.

Selamat membaca

.

Jangan lupa untuk komentar

.

Tombol vote juga deh😘

.

Red

DAN (END) - SEGERA TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang