43. Bertemu Wali Kelas

13K 2.1K 29
                                    

Kenzie menatap wali kelas Anya dan Jeremy dengan tatapan mengintimidasi.

Wali kelas itu tampak berkeringat dingin, ia terus mengusap keringat sejak kedatangan Kenzie.

"Jadi, Bapak ingin mengurus surat pindah sekolah Anya dan Jeremy?" tanya wali kelas itu dengan gugup.

Kenzie mengangguk. "Mohon diurus segera." katanya.

Dalam pikiran Kenzie saat ini ia hanya ingin meratakan sekolah ini dengan cepat.

"Kalau boleh tahu Anda siapanya Anya dan Jeremy?"

"Aku Ayahnya."

Wali kelas itu terkejut. Karena setahunya, Anya dan Jeremy tidak memiliki orang tua lagi. Ia mengamati Kenzie dan merasa bahwa itu benar. Mereka terlihat mirip.

"Apa Anya dan Jeremy tidak ikut bersama, Bapak?"

"Mereka menunggu di luar."

Wali kelas itu mengangguk. Ia tersenyum. Ia memilih untuk menyimpan pertanyaan yang ada di dalam kepalanya dalam diam. FKenzie terlihat tidak akan menjawab meski ia bertanya lebih lanjut.

"Kami akan mengurus surat kepindahannya. Anya dan Jeremy merupakan murid yang berprestasi di sini, sangat disayangkan jika sekolah harus kehilangan murid seperti mereka."

Raut wajah Kenzie yang dingin sedikit mengendur. Ia senang mendengar Anya dan Jeremy yang dipuji oleh guru mereka. Kenzie rasa ia masih bisa menunggu untuk meratakan sekolah ini.

Kenzie mengambil teh yang disediakan wali kelas dan meminumnya dengan tenang. Hawa di sekitar yang mencengkam mulai tenang. Wali kelas itu menghela napas lega. Ia kembali berbicara.

"Kami sempat khawatir karena Jeremy dan Anya tidak menghadiri kelas untuk beberapa hari. Saat pihak sekolah menghubungi wali Anya dan Jeremy, pihak sekolah diberitahu bahwa keduanya memutuskan untuk putus sekolah. Syukurlah bahwa itu hanya kesalahpahaman."

"Putus sekolah?" Alis Kenzie naik satu. Ia meletakkan teh itu kembali. Tatapan penuh tanya ditujukan pada sang wali kelas. "Siapa yang berkata seperti itu?"

Wali kelas itu menatap Kenzie bingung. "Maaf, apa Bapak tidak diberitahu soal ini oleh pihak keluarga?"

"Saya dan keluarga istri saya tidak pernah bertemu. Kami orang asing." jelas Kenzie.

Wali kelas itu semakin bingung. Sepertinya masalah keluarga Anya dan Jeremy cukup rumit untuk dipahami wali kelas biasa sepertinya.

"Jadi, wali Anya dan Jeremy berkata bahwa mereka akan putus sekolah dan dari pihak sekolah mempercayainya begitu saja tanpa bertanya pada Anya ataupun Jeremy secara langsung?!" simpul Kenzie pada akhirnya.

Wali kelas itu meneguk ludahnya susah. Kenzie kembali ke auranya yang mengintimidasi.

"Mohon Bapak tenang dulu. Pihak sekolah juga tidak langsung mempercayai hal ini, tapi melihat perilaku Anya dan Jeremy yang tidak berinteraksi dengan teman sekolah mereka serta keterangan dari wali mereka yang mengatakan bahwa keduanya kabur dari rumah. Sekolah mau tidak mau mempercayainya. Kami juga tidak bisa berbuat apa-apa jika keduanya tidak mau melanjutkan."

Kenzie mengetuk jarinya di ujung pegangan kursi. Berpikir dalam diam.

Wali kelas itu menjadi serba salah, apa ia mengatakan sesuatu yang salah?

"Tidak ada yang berteman dengan kedua anakku?" tanya Kenzie dengan suara tenang. Semakin tenang Kenzie semakin berkeringat dingin lawan bicaranya. "Apa anak-anakku dikucilkan?"

Wali kelas itu menggeleng dengan cepat. "Tidak, Pak. Para murid sudah mencoba untuk dekat dengan keduanya namun baik Jeremy ataupun Anya tidak ada yang membuka diri. Sekolah dapat menjamin bahwa tidak ada kasus kekerasan atau pengucilan di sekolah."

Setelah wali kelas berkata seperti itu. Terdengar suara guru olahraga yang berteriak keras sambil membawa gerombolan anak laki-laki ke dalam ruang guru. Ia memarahi dengan penggaris panjang di tangannya.

"Di mana Derren? Mengapa pembuat onar itu tidak ada di sini?"

Para pemuda itu hanya menunduk tanpa menjawab.

"Kalian berani menyerang anak sekolah lain namun tidak berani untuk memberitahu Bapak di mana pemimpin kalian yang sering membuat malu sekolah itu. Cepat katakan atau hukuman kalian Bapak tambah!" teriaknya.

Para pemuda itu masih menundukkan kepala. Tampak kebingungan antara memberitahu atau tidak.

Mereka tidak mau menerima hukuman namun tidak mau juga merasakan amarah Derren.

Kenzie yang ikut mendengar amarah guru olahraga itu menatap wali kelas Anya dan Jeremy yang ada di hadapannya.

"Tidak ada kekerasan?"

Wali kelas itu memegang pelipisnya. "Soal i-"

.

.

.

15 Februari 2021

.

Kemarin aku nggak update ya dan hari ini aku update malam banget🙁

.

Sebenarnya, hal ini mau aku infoin di pesan profil aja liburnya. Tapi, nggak jadi deh🙂

.

Hari ini kelompok praktikku di ombang-ambing sama dosen karena komunikasi yang tidak jelas. Aku baru selesai kuliah online juga jam ini😅

.

Aku butuh istirahat 3 hari ya😔

.

Sampai jumpa 3 hari lagi😘

.

Semangat menunggu 3 hari. Menunggu jodoh bertahun-tahun saja bisa, kan, hehhee😂

.

Red

DAN (END) - SEGERA TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang