61. Novel

10.9K 1.8K 124
                                    

Anya berbalik badan lalu masuk ke dalam rumah. Ia mengambil ponselnya yang terletak di atas meja, mengetikkan beberapa pesan untuk Aksa.

"Pagi, Aksa."

"Sore ini Kak Jeremy bertanding basket di sekolah, aku akan pergi bersama Ayah."

"Kamu mau ikut menonton?"

Anya meletakkan ponselnya. Hanya ada dua kemungkinan yang akan Aksa lakukan pada pesan yang Anya kirim.

Satu, tidak membacanya.

Dua, tidak membalasnya.

Jadi, Anya tidak perlu menunggu ataupun berharap Aksa akan membalas pesannya kali ini.

Anya berkacak pinggang, ia sudah kebal dengan Aksa yang sering mengabaikan pesannya.

Ponsel Anya berbunyi tanda sebuah pesan masuk.

"Dari siapa?" gumamnya. "Tidak mungkin dari Aksa, 'kan?" Anya terkekeh geli akan pemikirannya sendiri.


"Ya."


Anya membaca dua huruf itu berulang kali. Ia melihat nama pengirimnya dari 'Periku'.

Itu Aksa.

Anya menutup mulutnya tidak percaya. Aksa akhirnya belajar untuk membalas pesan Anya. Ia harus menandai hari ini sebagai hari peringatan.

Ini hari yang bersejarah.

Anya mengubah pesan yang dikirim Aksa ke pesan berbintang. Memastikan bahwa pesan yang Aksa kirim pertama kali untuknya tidak terhapus.

Anya masih memperhatikan pesan itu dengan lekat. Beberapa kali pun ia melihat, meski tidak ada yang berubah, Anya tetap merasa bahagia di dalam hatinya.

"Pesan apa yang sedang kamu lihat?"

Anya yang sedang berbaring di sofa langsung duduk dengan tegak. Ia mematikan ponselnya, menyembunyikannya di bawah bantal sofa.

Anya tertawa kecil, pura-pura tidak mengerti. "Apa maksud Ayah? Aku hanya menonton video lucu."

"Sepertinya tidak begitu." tanya Kenzie penuh curiga.

"Ayah, kita akan berangkat jam berapa?" Anya buru-buru mengalihkan pembicaraan. "Aku sedikit takut karena ini pertama kalinya aku pergi ke psikiater."

"Jangan terlalu dipikirkan. Ayah akan bersamamu." Kenzie khawatir. Mengusap rambut Anya. "Kita akan berangkat pukul 1 nanti."

"Baiklah, aku akan bersiap-siap dulu kalau begitu." Anya mengambil ponselnya, segera melarikan diri ke kamarnya. Anya menghela napas. Syukurlah Kenzie teralihkan.

Kenzie melihat Anya yang melarikan diri. "Siapa 'Periku'?" gumamnya penuh tanya.

Kenzie berkacak pinggang, ia akan bertanya pada Jeremy nanti, siapa saja yang dekat dengan Anya di sekolah.

Siapa pun identitas 'Periku', ia harus berhati-hati agar tidak masuk daftar hitam Kenzie.

Sementara itu, 'Periku' yang baru saja membalas pesan Anya untuk pertama kalinya tidak bisa melanjutkan acara membaca novelnya.

Aksa menatap ponselnya yang terletak di atas meja dengan layar menyala. Menunggu dengan heran.

Mengapa Anya yang sering mengirimkan pesan tidak melakukannya kali ini?

Suara membuka kunci menyita perhatian Aksa ke arah pintu. Ia melihat Bi Indah yang masuk ke dalam rumah.

Aksa menghela napas, sepertinya ia berpikiran hal yang tidak normal. Bagaimana ia bisa berpikir bahwa Anya yang datang ke rumahnya.

DAN (END) - SEGERA TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang