Mereka bertiga sudah cukup lama berada di sana. Hari bahkan sudah menginjak malam.
Anya memeluk lengan Jeremy dan berjalan menuju mobil. Kenzie berdiri, menatap batu nisan dengan nama Kirania Pratista dengan lekat.
Kenzie terdiam lama. "Sekarang ... kamu sudah bahagia?" tanyanya.
Kenzie menghela napas. Kirania tidak mungkin bisa membalasnya.
Hembusan angin malam berhembus dengan cepat. Anya bergidik, semakin erat menempel pada Jeremy.
"Sepertinya akan turun hujan."
"Pakailah pakaian hangat lebih banyak." kata Jeremy.
Kenzie menatap keduanya dari jauh. Ia tersenyum. Kenzie menatap kembali batu nisan Kirania dan matanya melengkung dengan bibir yang terangkat lebar.
"Aku akan menjaga anak-anak dengan baik. Akan aku pastikan mereka bahagia bersamaku." Kenzie berbalik. "Selamat tinggal, Kirania."
Kenzie menyusul Anya dan Jeremy. Ia melepaskan jasnya, menaruh di pundak Anya.
Anya menatap Kenzie. "Terima kasih, Ayah."
"Cuaca dingin, pakailah pakaian yang lebih tebal."
Anya mengangguk. Jika sudah seperti ini, tidak mungkin Anya tidak mendengarkan Kenzie dan Jeremy.
Dalam perjalanan pulang, meski kelelahan, Anya tidak tertidur lagi. Anya menahan matanya agar tidak tertutup selama tiga jam.
Anya tahu ia sudah ketahuan, tapi mari tidak memperparah keadaan dengan menunjukkan lagi saat ia mendapatkan mimpi buruk itu. Karena Anya tidak tertidur di bahunya, Kenzie melakukan pekerjaannya di dalam mobil. Jeremy memandangi pemandangan malam dari jendela mobil.
Selama tiga jam, mobil itu melewati malam tanpa ada yang bersuara.
Mobil berhenti di halaman depan rumah. Mereka bertiga turun dari mobil. Pak Sam dan Bi Asri berdiri di depan pintu untuk menyambut ketiganya.
"Bagaimana perjalanan Anda, Tuan?" tanya Pak Sam.
"Baik." Kenzie memberikan surat pindah sekolah si kembar pada Pak Sam. "Selesaikan kepindahan Anya dan Jeremy secara resmi besok."
Pak Sam mengangguk. "Baik, Tuan."
Bi Asri menatap si kembar dengan senyum. "Bibi sudah menyiapkan makan malam untuk kalian."
Anya tersenyum. "Terima kasih, Bi. Aku sudah makan malam di luar, aku hanya ingin istirahat saat ini."
Kenzie menatap Anya. "Beristirahatlah lebih cepat malam ini."
Anya mengangguk. "Selamat malam, Ayah."
Kenzie tersenyum. "Selamat malam."
Selesai memberi ucapan selamat malam pada yang lain juga, Anya kembali ke kamarnya yang ada di lantai tiga. Kenzie menatap Jeremy. "Pergilah ke ruang kerjaku setelah ini."
"Baik." jawabnya patuh. Jeremy pamit untuk berganti pakaian dulu.
Jeremy menuju kamarnya. Ia melihat kamar Anya yang tertutup. Jeremy menghela napas. Semoga Anya baik-baik saja. Semoga saudarinya akan selalu bahagia.
.
.
.
21 Februari 2021
.
Teman-teman, maaf, tapi aku akan hiatus sampai tanggal 1 Maret 2021
.
Minggu depan, tepatnya besok senin, aku memasuki minggu UAS
.
Aku harus belajar dan mengembalikan mood menulisku yang kacau sekali saat ini. Aku nggak ada menulis apa pun untuk beberapa hari terakhir
.
Jadi, sampai jumpa di tanggal 1 Maret 2021
.
Jaga kesehatan ya
.
Red
KAMU SEDANG MEMBACA
DAN (END) - SEGERA TERBIT
Ficção AdolescenteDILARANG PLAGIAT!!!! BOLEH SUKA TAPI KALAU SAMPAI COPY PASTE, UBAH NAMA ATAU INTINYA PLAGIAT! INGAT, ITU DOSA!!!! JIKA KALIAN MENEMUKAN PLAGIAT TOLONG BERITAHU. TERIMA KASIH . . . Anya Kirania Pratista mendapatkan ingatan masa depan lewat sebuah mi...