Anya menatap lelaki di depannya. Lelaki itu terlihat muda, mungkin saja mereka seumuran.
Anya menghela napas, lelaki di depannya benar-benar terlihat menyedihkan dari sisi mana pun kamu melihat.
Anya membuka payung, mengatur letaknya agar lelaki itu tidak terkena sinar matahari lagi.
Setidaknya cukup untuk melindungi meskipun hanya sedikit. Anya menaruh air mineral di samping lelaki itu.
Anya menggelengkan kepalanya, bagaimana bisa lelaki itu tertidur pulas di tempat umum seperti ini dan di cuaca sepanas ini.
Anya berbalik badan, ia melihat Jeremy yang melihat ke arahnya.
Anya tersenyum. Namun, dari kejauhan, Anya melihat sosok yang tidak asing.
Senyum di bibir Anya menghilang.
Napas Anya semakin dalam.
Tubuhnya kaku. Anya tidak bisa menggerakan tubuhnya.
Pelupuk mata Anya basah.
Anya takut.
Sosok Derren mendekat pada Jeremy. Anya ketakutan.
Bagaimana jika Derren mengganggu Kakaknya.
Anya harus menghentikannya. Harus. Tapi tubuh Anya tidak bisa bergerak.
Anya tidak bisa bergerak. Ia tidak bisa menolong Jeremy, ia bahkan tidak bisa menghentikan rasa takut ini.
Mata Anya terus tertuju pada Jeremy dan Derren. Matanya memburam karena air mata.
Napas Anya terasa sesak. Kepalanya terasa sakit.
Mimpi itu menyerang isi kepalanya, membuat Anya kembali mengingat Derren dengan senyumnya, semakin mendekat, semakin mendekati Anya yang tidak bisa kabur. Hanya bisa ketakutan.
Tanpa siapa pun yang menolongnya.
Pandangan Anya terhalangi oleh motif mawar berwarna putih. Itu motif yang sama dengan payung yang Anya pilih tadi.
Kesadaran Anya kembali. Anya menenangkan dirinya sendiri. Rasa takut yang ia miliki itu hanya sebuah mimpi. Anya tidak takut. Ketakutan itu hanya mimpi, masa depannya berubah dan tidak akan ada yang terjadi pada Anya.
Itu hanya mimpi.
Anya melirik ke samping, ganggang payung itu dipegang oleh seseorang. Tangannya mengenai pipi Anya yang basah. Anya berbalik sepenuhnya, menatap lelaki yang sebelumnya tertidur. Lelaki itu mengambil tangan Anya dan menaruh ganggang payung itu di sana.
"Ambil ini." serunya sembari tersenyum lebar. "Aku sedang berjemur dan payung itu menghalangiku."
"... Ah." Anya memegang payung itu. "Maaf."
Lelaki itu menggelengkan kepalanya. "Tidak. Tidak."
Anya memiringkan kepalanya. Tidak mengerti.
"Jangan meminta maaf, pilihanmu untuk memberikanku payung dan pilihanku untuk menolaknya. Tidak ada yang salah di sini."
Lelaki itu lagi-lagi tersenyum lebar. Rambutnya berantakan karena baru saja berbaring lama. Lesung pipit di pipi kanan lelaki itu muncul setiap kali ia tersenyum.
Anya mengangguk.
"Aku akan mengambil air mineral pemberianmu." Lelaki itu memegang air yang Anya berikan padanya. "Aku berjemur cukup lama, aku sangat haus saat ini." katanya. Ia membuka tutup botol dan langsung meneguk air itu.
"Ah ... ini segar sekali." Ia menatap Anya lalu mendekat.
Lelaki itu sedikit menunduk agar bisa melihat dengan jelas. Mata Anya membolak, ia berkedip dengan gelisah karena diperhatikan seperti ini.
"Matamu indah sekali." serunya.
Lelaki itu berdiri tegak, ia melihat Jeremy yang berjalan mendekat. Lelaki itu tersenyum sambil melambaikan tangannya.
"Aku akan pergi. Terima kasih untuk minumnya." katanya dan berlari kecil seperti anak-anak.
Jeremy mengampiri Anya.
"Anya." panggilnya.
Anya mengusap jejak air mata dari pipinya, kemudian berbalik dan tersenyum pada Jeremy. Tangannya masih memegang payung yang terbuka.
"Kita kembali. A ... yah pasti khawatir jika kita tidak di sana saat ia kembali." katanya.
"Ayah, Kak. A-y-a-h. Ayah."
"Jangan menggodaku."
Anya tertawa kecil. Keduanya kembali tanpa ada yang mengungkit Derren.
Bagi Jeremy, Derren dan kata-katanya hanyalah hal tidak berarti yang tidak perlu dipedulikan.
Bagi Anya, Derren hanyalah mimpi buruknya yang akan segera menghilang setelah ia terbangun.
Bagi keduanya, ini bukan hal yang harus dibicarakan. Derren bukanlah orang yang penting bagi kehidupan mereka.
Ya. Anya meyakinkan dirinya berulang kali. Ia tidak akan ketakutan lagi saat melihat Derren.
Jika suatu hari nanti ia harus berhadapan dengan Derren secara langsung, Anya tidak akan ketakutan seperti hari ini lagi.
Anya memegang erat payung di tangannya. Anya harus memastikan dirinya lepas dari rasa takut dan sakit itu.
.
.
.13 Februari 2021
.
Tempatku sedang hujan saat ini
.
Dan aku sedang bingung bagaimana mengakhiri sesuatu yang tidak ingin ku lakukan lagi
.
Tenang, ini bukan tentang menulis😅
.
Hanya masalah yang mengganggu
.
Red
KAMU SEDANG MEMBACA
DAN (END) - SEGERA TERBIT
Roman pour AdolescentsDILARANG PLAGIAT!!!! BOLEH SUKA TAPI KALAU SAMPAI COPY PASTE, UBAH NAMA ATAU INTINYA PLAGIAT! INGAT, ITU DOSA!!!! JIKA KALIAN MENEMUKAN PLAGIAT TOLONG BERITAHU. TERIMA KASIH . . . Anya Kirania Pratista mendapatkan ingatan masa depan lewat sebuah mi...