Lee Jeno?

589 61 3
                                    

Sungchan kini duduk ditangga depan rumahnya menunggu sang ayah dan kakak lelakinya datang. Iya, Sungchan harap keduanya datang bukan salah satunya saja.

"Gue yakin Jeno nggak bakal ngelakuin hal yang aneh kok," ucap Renjun meyakinkan.

"Kalau mikir mau bunuh diri si pasti." ucapan Haechan membuat Renjun menutup mulut pemuda itu.

"Lu jan ngadi ngadi deh!" kata Renjun gemas.

Sungchan tersenyum tipis melihat pertengkaran mereka. Pemuda bertubuh tinggi itu langsung berdiri saat melihat mobil sang ayah datang.

Senyum pemuda itu menghilang saat melihat ayahnya pulang sendiri tanpa Jeno.

Taeyong menghampiri Sungchan dengan senyum tipis yang tak mampu Sungchan jabarkan. Pancaran mata sang ayah yang ia lihat terakhir kali sebelum ibunya meninggal.

Melihat itu entah bagaimana Sungchan langsung tersenyum lebar dan memeluk Taeyong erat.

"Papah minta maaf."

Belum sempat menjawab sebuah klakson motor membuat Sungchan dan lainnya melihat arah gerbang.

Soobin, Beogmyu, Yoshi, Hyunsuk, Hyunjin, dan Felix ada disana. Dan satu lagi Han dengan Jeno, iya Jeno.

"Ada apa nih rame rame?" tanya Yuta membuat yang lainnya hanya tersenyum kaku.

"Serem," lirih Hyunsuk.

"Itu bapak gua anjir bang!"

Hyunsuk langsung membelakan matanya kemudian turun dan menyalimi satu persatu tetua disana.

"Nganterin Jeno, Pah." ucap Hyunjin pada sang ayah.

"Temen lu takut sama gue?" tanya Yuta yang dibalas anggukan oleh Hyunjin.

"Papah nyeremin kata mereka." kelakar Hyunjin membuat mereka kompak mengatakan kata yang sama.

"Enggak!"

Sungchan tersenyum lebar bahkan hampir saja menangis saat Jeno datang dan langsung memeluknya.

"Nggak kangen sama abang?"

Mungkin mereka pikir ini terkesan lebay, tapi ini yang dirasakan Sungchan. Bahagia, sedih, sedih karena sang ibu tak bisa melihat secara langsung kedua putranya kini saling memeluk erat.

"Pah?" Sungchan hendak meminta penjelasan namun Taeyong lebih dulu meminta mereka semua masuk kembali kedalam rumah.

"Ayo semuanya masuk dulu."

"Ah nggak usah om," tolak Hyunsuk

"Iya pak, takut rumahnya nggak muat," canda Han.

"Muat kok, rumah saya kan besar. Lagian orang tua Hyunjin sama Yoshi lagi disini kan?"

"Hah? Papah disini? Yunto?"

"Halo anak!" ucapan Yunto membuat Yoshi menyatukan kedua alisnya.

"Kok nggak ngajak Shotaro jalan jalan?!"

"Besok aja, sekalian sama abang." jawab Shotaro yang baru saja muncul dengan eyesmile yang terpatri diwajahnya.

"Udahkan? Ayo semuanya masuk."

Akhirnya semua orang mengikuti perintah Taeyong. Ah, sepertinya memang mereka harus sesekali berkumpul seperti ini.

Hangat dan penuh canda tawa. Mereka saling berbagi cerita, tanpa handphone yang mampu mengalihkan dunia masing masing.

Mark, Lucas, Dejun, Hendery dan Hyunsuk terlihat seperti kakak yang tengah mendengarkan cerita adik adik mereka. Kadang sesekali tertawa dan kadang pula sesekali memberi nasihat saat Haechan dan Renjun kembali bertengkar.

Johnny diam mengamati anak anak disana. Andai Eric masih ada dan andai pula ia tak menyakiti hati Jeno pasti ia tak akan semenyesal ini.

"Jeno udah maafin abang kok."

Ucapan Taeyong membuat mata Johnny membelak tak percaya.

"Gimana bisa?"

Flashback on

Setelah mengatakan segalanya pada Jeno, kini suasana menjadi hening. Tak ada yang berniat membuka suara satu sama lain hingga satu menit lamanya.

Suara pintu yang terbuka membuat Taeyong tersadar akan lamunannya, dan melihat Jeno kini berdiri dengan mata yang memerah.

"Dimana Mamah?"

Satu pertanyaan yang memang Taeyong ingin dengar dari sang anak.

"Sini duduk, biar Papah cerita semuanya."

Jeno menuruti perintah Taeyong untuk duduk disampingnya dengan bersandar tembok dan menatap langit sore yang mulai menggelap.

"Dulu, sebenarnya Papah dan Mamah memang berniat memabawa kembali kamu. Perjalanan dari Korea menuju Indonesia lancar, tapi saat menuju tempatmu, kami mengalami kecelakaan. Mobil yang membawa Ibumu, Ayah dan Ibu Beomgyu terlibat kecelakaan. Nyawa ibumu dan ibu Beomgyu yang tak lain adalah adik ayah sendiri nggak bisa selamat, Jeno."

"J-jadi Mamah?"

"Iya, Jennie telah tenang disana."

"Jennie?" tanya Jeno.

"Iya, nama ibumu Jennie."

"Jennie, mamah pasti cantik." lirih Jeno dengan terkekeh pelan.

Pemuda tanggung itu mengusap air mata yang kini menggenang dipelupuk matanya.

Jika saja dulu ia yang mati, pasti kejadian semua ini tak akan pernah terjadi. Eric, Ibunya, ibu Beomgyu pasti masih ada didunia ini.

"Jangan menyalahkan dirimu sendiri Jeno, ini takdir yang kuasa."

Jeno terkekeh mendengar ucapan Taeyong yang seakan mengetahui isi pikirannya saat ini.

"Jadi anak Papah yang bertanggung jawab, oke?" ucap Taeyong dengan mengacungkan jari kelingkingnya.

"Hadeh, nghokey." balas Jeno dengan menautkan kelingkingnya.

Flashback off

"Alhamdulillah deh kalau udah akur." ucap Jeffry dengan merangkul Taeyong.

"Jeno milik kita bersama, bang."

Johnny tersenyum lalu memeluk Taeyong erat.

"Gue cerai sama Sowon."

Semuanya diam, kemudian berseru senang.

"Bagus dong, bisa cari yang lain." cletuk Teil yang dibalas deheman dari Wendy.

Sepertinya mereka lupa bahwa pawang mereka kini memantau dari arah dapur.



















Yey! Akhirnya update setelah sekian abad hehehe. Makasih yang udah mau nunggu aku yang suka ngegoshting!

Btw HAPPY NEW YEAR!!

Malam tahun baru enaknya ngopi dong!

"Ngopinya ditempat gue ya!" -Lucas.

Ini no endorse ya😭 kalau mau yang endorse aku boleh banget loh kirim aja ke Dorm NCT aku tinggal disana bareng para swami

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini no endorse ya😭 kalau mau yang endorse aku boleh banget loh kirim aja ke Dorm NCT aku tinggal disana bareng para swami.g. halu.

Bye!

We Dream [Nct] Completed✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang