Hari ini Jeno resmi keluar dari rumah sakit setelah hampir satu minggu terbaring lemah disana. Renjun dan Jaemin menyambutnya dengan antusias bahkan mereka membuat surat izin untuk tidak masuk, padahal mereka bisa saja bolos.
Jeno sekarang tinggal dirumah Teo, Teo sendirilah yang meminta Jeno untuk tinggal bersamanya. Renjun dan Jaemin sempat menentang keras, namun karena Teo mengijinkan mereka untuk kapanpun bisa disana akhirnya mereka menyetujui hal tersebut.
"Gue mau semangka dong." Jaemin dan Renjun sontak beranjak untuk mengambil buah semangka seperti permintaan Jeno.
"Lu duduk aja disana!" Renjun menarik kaos Jaemin, membuat pemuda itu mundur satu langkah.
"Gak mau, gue mau ambil semangka!"
"Gue aja yang ambil elah!"
"Biasanya aja gue yang disuruh suruh! Lo duduk aja sana ah!"
Mereka masih berdiri beberapa langkah dari tempat mereka beranjak, membuat Jeno mendengus kasar kemudian beranjak untuk mengambil sendiri buah itu.
Bruk!
Perhatian mereka teralih saat melihat Jeno terduduk dilantai. Kaki kanan Jeno mengalami patah tulang namun tidak terlalu parah.
"Jen, jen, lo nggak papa?" Renjun panik kemudian memapah Jeno untuk kembali duduk ranjang.
"Nggak papa." Jeno terkekeh melihat betapa paniknya kedua sahabatnya itu.
"Lo jagain Jeno aja Na, gue yang ambil semangkanya." Jaemin hanya mengangguk patuh mendengar penuturan Renjun.
"Luka gini mah tiga hari aja udah sembuh Jen, lo kan kuat!" Jaemin menepuk kaki Jeno dengan tak sadar, membuat sang empu menahan diri untuk tidak memukul kepala Jaemin saat ini.
"Eh eh sorry Jen, kelepasan. Gemes gue liat ginian." Jaemin kembali memukul kaki Jeno, kali ini lebih keras dari sebelumnya.
"LO MAU GUE TAMPOL HEH?!" Jaemin hanya tersenyum lebar, senyum itu mampu membuat rasa kesal Jeno pudar seketika. Jaemin emang bucinnya Jeno.
Renjun membawakan Jeno satu nampan penuh semangka yang telah dipotong, Renjun memang sengaja karena ia tahu Jaemin juga menginginkan hal yang sama.
Setelah memakan semangka, ketiga pemuda itu berbaring dalam satu ranjang. Tak ada satu pun yang suara yang keluar dari mulut ketiga pemuda itu, mata mereka menerawang akan masa depan mereka.
Hidup tanpa kasih sayang orang tua, bukanlah hal yang mudah. Batin mereka selalu menangis, hidup mereka terlalu hampa, dan jika mereka terlihat bahagia, percayalah itu adalah kepalsuan terbesar mereka.
Renjun masih beruntung dibandingkan Jeno maupun Jaemin. Keluarganya memang tak akur, namun Renjun tahu orang tua mereka masih memperhatikan dirinya.
Ayahnya terlalu sibuk mengurus bisnis dinegara Tirai bambu tersebut, pulangpun hanya setahun sekali namun sang Ayah selalu mengirimkan jatah uang bulanan untuknya. Ibu? Renjun tak habis pikir kenapa ibunya selingkuh dengan lelaki yang entah dari mana asalnya, padahal Ayah dan Ibunya sama sekali belum bercerai.
Jaemin juga merasa lebih beruntung dari pada Jeno, setidaknya orang tuanya masih mengunjungi Jaemin setiap satu bulan sekali. Dia juga pernah mendapat kasih sayang yang berlimpah, dia pernah mendapat kehangatan keluarga seperti yang Renjun dan Jeno inginkan. Orang tuanya pun masih rutin mengiripkan uang padanya, walau yang ia tunggu adalah sebuah kiriman cinta dan kasih sayang orang tuanya.
Tak hanya Renjun dan Jaemin yang merasa beruntung, Jeno pun begitu. Dia masih punya keluarga yang lengkap, dia masih bisa melihat kedua orang tuanya bahagia bersama, dia masih bisa mendengar tawa bahagia orang tuanya, hanya saja dia tidak seberuntung Renjun dan Jaemin yang kehadirannya masih diharapkan orang tua mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Dream [Nct] Completed✅
FanfictionBukan kisah fantasi, bukan juga kisah benci jadi cinta, ini merupakan kisah perjalanan dari ke tujuh lelaki dengan segala perbedaan yang membuatnya menjadi satu, kisah dimana persahabatan mereka akan diuji, kisah dimana mereka dipandang rendah, kisa...