13

805 92 2
                                    

Teo dan Jeffry duduk dihadapan keenam remaja tanggung yang tengah menunduk takut akan tatapan Teo.

"Jadi gimana Jeno? Kamu mau ngeband bareng temen temenmu?"

"Saya masih bingung Pak. Saya udah banyak ngrepotin mereka."

Mendengar itu mereka kompak menegakan badannya lalu memberikan tatapan tajam pada Jeno.

"YAH BANG JENO! GUE KAN PENGIN JADI MEMBER BAND!" Teriak Jisung membuat mereka terkejut sekejap.

"Nanti lo kecapekan Cung, gue nggak mau lo sakit gara gara gue."

"Nyenye nyenye." Cibir Haechan dengan mulut mengerucut bak bebek.

"Gue tampol nih." Renjun mengangkat tangannya saat melihat bibir Haechan.

"Gii timpil nih." Mendengar itu Renjun segera meremas mulut Haechan, membuat Haechan mengaduh sakit.

"Maung dilawan." Ucap Jaemin dengan menggelengkan kepalanya.

Mark hanya menghela nafasnya, semoga saja ia mampu bertahan untuk mereka. Pada dasarnya Mark telah menyayangi mereka dan talah nyaman akan peran yang diberikan author padanya.

Iya Mark, aku juga udah nyaman kok sama kamu :*

Renjun bi laik : Gue tampol juga lu

"Jen, siapa tau ini jalan kesuksesan kalian kan?" Jeffry berucap membuat Jeno terdiam.

Tak salahkan jika Jeno mencobanya bersama mereka?

"Tapi nunggu Lele ya Pak?"

Mereka berseru senang, apalagi Jisung pemuda itu kini bahkan sampai sujud syukur memuji tuhannya.

"Nama bandnya apa nih? Gimana kalau Eskopi 12?" Usul Jaemin membuat kening mereka berkerut.

"Eskopi?"

"Iya, soalnya esteh 12 kan udah ada."

"Gini nih, waktu pembagian otak malah molor. Goblok kan jadinya."

Savage.

Jaemin kalah lagi dari Renjun.

"Gimana kalau Dream?"

"Dream?"

"Iya, Mimpi kita."

"Tapi mimpi gue pengin jadi dokter." Ucap Jaemin dengan mengemut permen membuat Haechan menahan rasa ingin memakannya juga.

"Itu cita cita bukan mimpi. Bedanya gini, kita itu ibarat lagi memimpikan sebuah impian yang kita sendiri bahkan nggak tau arti dari mimpi tersebut. Entah itu bakal jadi tujuan hidup kita selamanya atau hanya untuk kesenangan semata, paham?"
Mereka mengangguk mendengar penjelasan Mark.

Diam diam Jeffry bangga pada anak semata wayangnya tersebut, ternyata ia tak salah mendidiknya selama ini. Ia hanya berharap anaknya mampu menjadi pemimpin yang baik layaknya Teo dulu.

Dering ponsel Jisung membuat mereka serempak menolah pada pemuda tersebut.

"Lele telfon." Jisung mengangkat telfon itu kemudian menglound speakernya.

"HALLO YEOROBUN!"

"Kok lo tau sih gue lagi sama mereka."

"Tau lah, mana mungkin lo sama tetangga sebelah yang umurnya lebih tua. Eh btw aku besok pulang loohh."

"OLEH OLEHNYA JAN LUPA YE! BANG ECHAN SAAAAYAANGG LELE!"

"Eh buset suara dajal muncul."

"GUE DAJAL LU APA? TEROMPET SANGKAKALA?!"

"Bercanda elah bang, tenang aja Lele udah beliin kok buat kalian. Lele kan duitnya banyak."

"Anak sombong palanya gede loh Le!"

"Bang jaemin, berarti ichung lebih sombong dong dari Lele?!"

"BODO AMAT SETAN!"

Tuut tuutt

Yah, si Jisung baperan gengs.

"Si Chenle udah mau pulang, berarti saya akan mengurus keperluan kalian secepatnya. Kalau gitu saya permisi dulu, sepuluh menit lagi yang puasa buka kan?" Teo berdiri hendak meninggalkan ruangan tersebut sebelum akhirnya suara Jeno membuat hatinya berdenyut.

"Pak, terima kasih banyak." Ucap Jeno dengan tulus dan jangan lupa senyum maut yang mampu membuat semua orang luluh.

Saya yang harusnya berterima kasih sama kamu Jeno.

Teo mengangguk kemudian beranjak dari sana, ia tak mampu melihat senyum Jeno yang membuatnya mengingat kenangan masa lalu bersama sahabatnya.

"Chung, lo kenapa si mainnya sama Lele mulu?" Pertanyaan Haechan membuat Jisung terdiam, sebelum akhirnya terkekeh miris.

"Gue nggak punya temen bang dikelas, gue nggak paham sama pemikiran mereka juga. Dan cuma Lele yang kelasnya deket, ya kali gue kekelas kalian yang letaknya digedung atas."

"Kalau udah sekolah kita Istirahat bareng, kemana mana bareng oke?" Jisung mengangguk kemudian memeluk Jaemin.

Jaemin dan Jeno yang selama ini telah bersamanya sebelum Chenle dan Renjun pindah kedaerah rumahnya sekitar Jisung kelas empat sekolah dasar.

Jisung bukan anak broken home seperti Renjun, Jeno dan Jaemin. Tapi, Jisung anak yang kurang pandai dalam hal bergaul karena itulah Jisung hanya mempunyai tenan mereka saja. Dan, Jisung bersyukur atas itu.

"MARK, HAECHAN BUKA DULU NAK! AJAK SEMUANYA JUGA." Teriak Jeffry yang tengah membantu Teo menyiapkan makanan didapur.

Mereka beranjak kemudian duduk pada meja panjang yang telah tersaji beberapa menu makanan.

Semuanya duduk dengan rapi, kemudian berdoa menurut kepercayaan masing masing sebelum akhirnya memakannya.

Perbedaan cara berdoa tak membuat persahbatan yang bisa dibilang seumur jagung mereka terputus. Justru perbedaan itulah yang membuat mereka seakan telah mengenal luar dalam, saling menghargai satu sama lain, dan saling membagi kasih sayang yang tulus.

Mereka masih belum sadar, mulai detik ini semuanya berubah. Kehidupan mereka akan menjadi lebih rumit, persahabatan mereka akan lebih diuji lagi.

"Gue harap dialog gue diperbanyak," harapan Renjun membuat Author tertohok.

Author : Sabar dulu dong mansur, ini belum eranya elu.





###

Gimana sama part ini? Maap ye kalau makin kesini makin nggak jelas..

Kalian dapet salam dari uri Jaemin💚

Kalian dapet salam dari uri Jaemin💚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

MULUZZZZZ BANGET BJIRRR😭

We Dream [Nct] Completed✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang