17

752 84 17
                                    

Mark, Haechan, Chenle dan Jisung pamit untuk kembali kerumah mereka masing masing setelah hampir satu minggu menginap ditempat Teo.

Suasana canggung sangat terasa diantara Jisung dan Winwin. Jisung menatap luar kaca mobil, sedangkan Winwin fokus untuk menyetir walau pikirannya masih berfikir untuk membuka pembicaraan pada sang anak.

"Berhenti dulu, Pi." Mendengar ucapan Jisung, Winwin segera menepikan mobilnya.

"Jisung mau beli makanan bentar," pamit Jisung kemudian keluar dari dalam mobil meninggalkan Winwin yang hendak bertanya.

Setelah hampir sepuluh menit Winwin menunggu Jisung, akhirnya pemuda itu datang dengan dua kantong belanja ditangannya.

"Dirumah kan ada, Chung." Mendengar itu Jisung hanya tersenyum kemudian duduk tepat disamping kemudi.

"Itu buat aku? Kirain buat Bang Liu, secara anak Papi kan cuma Bang Liu doang."

Winwin terdiam mendengar itu, lelaki itu berusaha memendam perih yang menuju ulu hatinya.

"Ayo Pi pulang."

Winwin menjalankan mobilnya dengan memikirkan ucapan Jisung. Ia merasa bersalah, namun Liu pantas mendapatkan segala cinta dari Winwin maupun sang istri Mina.

"Mau Papi bantu bawanya?" tanya Winwin setelah mereka sampai pada pekarangan rumahnya.

"Nggak usah, Pi." Tolak Jisung kemudian memasuki area rumahnya.

"Dek?"

Langkah Jisung terhenti saat mendengar panggilan dari sang kakak. Pemuda itu menghembuskan nafasnya, matanya menatap langit langit guna menahan tangis yang mungkin akan pecah kapan saja.

"Kenapa bang?" tanya Jisung dengan nada yang justru membuat hati Liu tersayat.

"Jangan sering main keluar, nanti kamu sakit," ucap Liu dengan tersenyum pada Jisung.

"Nggak papa, asal nggak sakit hati."

Setelah mengatakan itu Jisung pergi meninggalkan Liu yang kini tersenyum kecil melihat punggung Jisung yang mulai menjauh.

**

Teil dan Haechan telah sampai dirumah mereka beberapa menit yang lalu, kini pemuda itu tengah berada diruang musik milik sang ayah.

"aaaaAaaAAAAaaaAaa!!"

"AAAAAAaaaaaAaAAAAaaAA!!"

"Ayo terus, masih kurang tinggi ndok!"

Teil tengah melatih vokal Haechan agar lebih matang dari sebelumnya, karena Haechan memang telah memiliki suara yang bagus bahkan saat ia baru lahir.

Haechan lahir bukan langsung menangis seperti bayi pada umumnya, pemuda itu justru langsung bernyayi Mars Perindo.

MARILAH SELURUH RAKYAT INDONESIA

ARAHKAN PANDANGANMU KEDEPAN

Udah stop suara author terlalu bagus.

"Kalian lagi ngapain sih?" Wendy datang dengan membawa dua gelas susu.

"Lagi latihan vokal mak, kenapa?"

"Kasian si Dery tuh sampe tutup kuping, ya udah sini mending Mami aja yang ngajarin."

"Ora! Mending sama Papi aja!"

"APA SIH?! MENDING SAMA MAMI!"

"ORA ISO!!!"

"SAMA AK--"

"BABEH SAMA EMAK DIEM DULUUUUUU!"

Sementara itu Hendery yang tengah berada diruang keluarga menutup telinganya, kenapa bisa ia dilahirkan dalam keluarga yang mempunyai tingkat suara lima oktaf.

We Dream [Nct] Completed✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang