Wasiat?

481 47 0
                                    

"Wasiat?"

Semua orang yang ada disana serempak mengatakan kata tersebut kecuali Suho dan Taeyong.

"Iya wasiat, dari pendiri Neo Culture Technology dan Exoplanet."

Semua masih bingung atas apa yang Suho ucapkan.

"Exoplanet atau planet ekstasurya merupakan planet yang berada diluar sistem tata surya. Planet tersebut berjumlah 12 dan akan selalu tetap 12. Dimana 12 planet tersebut adalah kami, EXO."

"Kemudian pendiri kami mendirikan Neo Culture Technology atau budaya baru dengan konsep unik dan jumlah personel yang tak terbatas. Yang dimana pendiri kami namakan dengan, NCT."

Suho menghentikan ucapannya kemudian mempersilakan agar Taeyong melanjutkan.

"Sebenarnya memang dari awal kami, ah maksudnya Saya dengan dokter Suho, merencanakan segalanya. Mulai dari kejadian kejadian yang mungkin kalian tak sadari."

"Ah iya, Jeno maafkan dokter ya karena telah menabrak kamu," ucap Suho dengan tersenyum penuh arti pada Jeno yang kini memandangnya bingung.

"Yap! Waktu kalian pada sibuk berantem dirumah sebenarnya kami tahu itu dan terbitlah ide gila dari dokter Suho tersebut. Sebagai seorang ayah tentu Papah nggak mengijinkan, tapi dokter Suho meyakinkan Papah dengan gelarnya. Licik bukan?" Suho lantas tertawa mendengar ucapan Taeyong.

Kalau kalian lupa kejadian Jeno ketabrak ada di part 3 ya guys.

"Dan Jeno, seseorang yang mengancam akan membunuh kamu saat lahir, itu adalah orang tua Papah dan Mamahmu yang dimana musuh dari pendiri Nct dan Exo. Dan tentu saja mereka tak menginginkan ada generasi berikutnya bukan? Bukan hanya Jeno saja, melainkan semuanya."

"Dan kalian tahu kenapa Johnny tiba-tiba datang dan mengatakan bahwa Jeno adalah anak Taeyong?" kini Suho kembali berbicara.

"Ya, itu karena saya datang dan memprovokasi Johnny agar melakukan sebuah keributan yang membuat Jeno mengetahui identitas aslinya, tapi sialnya banyak rencana kita yang diketahui Mas Doy," ujar Suho dengan mempersilakan Doy dan keluarganya masuk.

"Haha, sorry bro!" Doy memeluk Suho dan Taeyong bergantian kemudian mengikuti sejenis 'rapat' yang tengah diadakan.

"Dan kami mendirikan Dreamies bermaksud untuk menjalakan wasiat yang beliau tulis kepada kami. Namun, jika ingin mengembangkan kalian kami harus membawa kalian menuju negara yang berbeda. Negara yang tak aman tentunya."

Para orang tua disana menundukkan kepala mereka. Menahan sesak jika suatu saat terjadi hal seperti apa yang mereka pikirkan saat ini. Tapi bagaimanapun pendiri mereka sangat berjasa atas apa yang telah mereka dapatkan dimasa sekarang maupun dulu.

"Kami siap segalanya."

Semua menatap Mark yang kini tengah merangkul Jeno kemudian merangkul Renjun dan seterusnya.

Ah, mereka lupa anak-anak mereka adalah anak yang kuat, anak yang tak takut akan suatu hal. Anak yang sangat berharga tentunya.

"Dreamies merupakan gabungan dari 2 konsep yaitu Exo dan Nct. Planet yang bergerak tanpa batas, maybe?"

"Nanti bentrok atuh si dokter aya-aya wae."

Sedetik kemudian ruangan terisi dengan tawa hangat semua orang disana. Ah, mungkin suatu saat salah diantara mereka akan merindukan moment tersebut.

"Apa aja yang pernah kalian berdua rencanaiin?"

Suho dan Taeyong tersenyum mendengar itu.

Flashback on

Taeyong baru saja pulang dari pemakaman sang istri. Sesak saat melihat netra Sungchan yang biasanya diisi dengan kehangatan kini kosong.

Terlebih Beomgyu, bocah tanggung itu kini dingin tak seperti dulu yang dipenuhi kehangatan.

Memang, kehilangan seseorang mampu mengubah semuanya. Tapi, Taeyong tak akan membiarkan semua itu berlangsung lama.

"Beomgyu mau bantuin Ayah nggak?" tanya Taeyong dengan mendekat dan mengelus puncak kepala Beomgyu.

"Apa?" tanya bocah itu tanpa gairah sedikit pun.

"Sungchan, mau?"

"Apa?" jawaban yang sama dengan rasa yang sama, hampa.

"Bantuin Ayah menyatukan sebuah keluarga kembali."

Beomgyu mendecih pelan "Buat apa, Yah? sedangkan keluarga Beomgyu udah nggak lengkap. Papah masih koma, Beomgyu harus jagain Papah."

"Beomgyu tau nak? biasanya sebuah kebaikan akan dibalas dengan kebaikan juga, siapa tahu dengan ngelakuin ini papah Jeka bakal sadar?"

Kedua bocah itu merenung. Tak lama Beomgyu menganggukan kepalanya diikuti dengan Sungchan.

"Beomgyu, cariin data Huang Renjun Ananta sama Haechan Ahmad Surendar? sialan gue lupa. Cari aja cucu pelopor ikan asin."

"Sungchan, cariin data Diafakhri Jaemin sama Jeno Daraga."

Sungchan tersenyum cerah saat nama Jeno disebut. Ia harus segera menemukan data tersebut agar ia dan sang kakak cepat bertemu.

"Ayah ada urusan sama dokter Suho. Kalian urus yang bener, ya!"

"Sip!"

Taeyong datang menuju ruangan Suho yang dimana penghuninya tengah berkutik pada laptop dihadapannya.

"Masuk aja," ucap Suho tanpa mengalihkan pandangannya.

"Jeno anak lo, 'kan?" Taeyong mengangguk.

"Kalau gue tabrak gimana?"

Mata Taeyong sontak membulat mendengar ucapan Suho.

"Tenang, dia nggak bakal mati kok. Gue dokter profesional. Ya, walau seprofesional gue tetep si kalau takdirnya mati ya, mati."

"Tapi lo tenang aja, gue pelan kok nabraknya. Paling ya koma seminggu doang."

DOANG?! ITU NYAWA ANAK GUE TARUHANNYA ANJ! - batin Taeyong meronta ronta.

"Oke fix rencana beres. Tinggal lu bujuk mereka aja."

Berakhirlah Taeyong membujuk mereka dengan mentaruhkan nyawa anak dan harga dirinya sendiri.

Flashback off

"Sebenernya nggak nyangka sih ada adegan Jeno mau bunuh diri. Apalagi tentang Eric yang meninggal."

Johnny tersenyum kecil mata lelaki itu memandang lockscreen ponselnya yang dimana adalah foto Eric.

"Jangan sedih Johnny, lu bisa cari lagi dan tentunya bikin yang bentukkannya mirip Eric."

Doy langsung memukul mulut Jungwoo yang mengatakan hal tersebut.

"Banyak anak dibawah umur, jangan malu-maluin Papih."

"Anakmu jeng," ucap Lisa dengan menyenggol pundak Jisoo.

"Keturunan bapaknya itu."

Semuanya sontak menahan tawa, entahlah mungkin kehangatan seperti ini yang mereka inginkan.

We Dream [Nct] Completed✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang